OPEC Sebut Butuh 12 Triliun Dolar AS untuk Investasi Migas hingga 2045
Senior Upstream Oil Industry Analyst Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) Mohammad A. Al Kazimi. (Foto: Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

BALI - Pengembangan sektor minyak dan gas bumi (migas) di dunia diketahui membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Bahkan jumlahnya diproyeksi bisa mencapai 12 triliun dolar AS, atau setara dengan Rp187.731 triliun untuk investasi hingga 2045 mendatang.

Hal tersebut disampaikan Senior Upstream Oil Industry Analyst Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) Mohammad A. Al Kazimi.

Kata dia, jumlah fantastis investasi ini untuk disebar ke sektor hulu, tengah atau proses, dan sektor hilir migas.

"Kami terus mengulangi apa yang telah kami katakan di pandangan sebelumnya, diperlukan investasi besar. Menatap tahun 2045, proyeksi kami menunjukkan bahwa investasi lebih dari 12 triliun dolar AS akan dibutuhkan di hulu, tengah, dan hilir," ujarnya dalam 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG), di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Kamis, 24 November.

Lebih lanjut, Mohammad A. Al Kazimi menjelaskan bahwa investasi tersebut bukan tanpa dasar. Salah satunya, dampak terhadap pertumbuhan ekonomi global yang dinilai bakal berjalan positif.

"Mengingat tantangan mendesak saat ini, penting untuk diingat bahwa sektor minyak yang didanai dengan baik memberikan banyak manfaat nyata bagi ekonomi global. Selain memasok sumber energi yang sangat diperlukan untuk gaya hidup kita, industri ini juga menyediakan banyak pekerjaan bergaji tinggi, berketerampilan tinggi, dan stabil," jelasnya.

Selain itu, Mohammad A. Al Kazimi meyakini dalam proses transisi energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT), masih ada ruang bagi industri migas. Artinya, seluruh jenis energi masih dibutuhkan.

"Tidak ada solusi satu ukuran untuk semua untuk masa depan energi global yang berkelanjutan," ucapnya.

Di samping itu terkait dengan gambaran atau outlook penyerapan energi ke depan, Mohammad A. Al Kazimi mengakui kalau OPEC juga punya perhatian khusus ke EBT.

Bahkan, sambung dia, energi matahari dan angin disinyalir memiliki tren pertumbuhan yang paling cepat.

Untuk itu, anggota OPEC menyadari perlunya memperluas bauran energi untuk mengatasi tantangan atas perubahan iklim.

Salah satu upayanya, sejalan dengan Paris Agreement, OPEC sepakat untuk memulai rencana ambisius untuk mendiversivikasi portofolio energinya.

Lebih lanjut, Mohammad A. Al Kazimi menilai kalau minyak memiliki pangsa pasar yang cukup baik dalam jangka menengah.

Bahkan, menurut dia, permintaannya akan terus meningkat.

"Proyeksi juga menunjukkan bahwa minyak akan mempertahankan pangsa tertinggi dalam bauran energi global karena permintaan produk minyak terus meningkat dalam jangka menengah dan meskipun permintaan dalam jangka panjang tidak stabil," ujarnya.

Selain itu, kata dia, mengingat keadaan saat ini, ketidakpastian prospek penawaran dan permintaan tetap tinggi, sebagian besar juga karena kurangnya kejelasan tentang tingkat dan ketepatan waktu investasi di sektor energi.

Meski ada banyaknya permintaan, Mohammad A. Al Kazimi menilai kalau masih ada masalah yang perlu dihadapi. Contohnya, soal krisis energi yang dinilai jadi tantangan utama.

"Penting untuk diingat bahwa pada tahun 2020, sekitar 733 juta orang masih tetap tanpa akses listrik dan sekitar 2,4 miliar orang masih kekurangan akses ke solusi memasak bersih, terhitung sepertiga dari populasi dunia," tutupnya.