Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak 30 orang karyawan PT Citra Lampia Mandiri (CLM) terbang ke Jakarta untuk menyatakan dukungan dan loyalitasnya terhadap manajemen CLM di bawah kepemimpinan Helmut Hermawan.

“Kami datang dari Luwu untuk menegaskan integritas dan dukungan kami terhadap manajemen Pak Helmut. Bertahun-tahun bekerja di bawah kepemimpinan beliau, kami merasa semua hak kesejahteraan terpenuhi dan hubungan manajemen dengan karyawan terjalin erat seperti keluarga. Oleh karena itu, sama sekali tidak terpikirkan bagi kami untuk bergabung dengan manajemen kubu Zainal Abidin,” ujar Yuli, salah seorang engineer pertambangan dalam rombongan itu, dalam keterangannya, Jumat 18 November.

Mereka mengaku telah menempuh perjalanan yang tidak mudah. Mengalami beberapa gangguan sejak berangkat dari Luwu lewat Palopo sebelum sampai ke Makassar untuk terbang ke Jakarta.

Beberapa waktu sebelumnya, beberapa karyawan yang setia kepada manajemen pimpinan Helmut juga sempat mendapatkan teror dan intimidasi dari lawan hukum dengan membawa-bawa nama aparat.

Seperti sudah diberitakan, pada tanggal 24 Agustus dan 13 September 2022 lalu telah terjadi aksi perusakan, penyerobotan dan dugaan penganiayaan terhadap karyawan CLM yang dilakukan pihak lawan hukum perusahaan di kantor perusahaan di Malili dan akses penambangan CLM. Aksi ilegal itu muncul setelah PT Aserra Mineralindo Investama (PT AMI) dh. PT Aserra Sejahtera Investama (ASI)/PT Aserra Capital (Aserra Group) ingin membeli saham dari APMR pemegang saham mayoritas CLM.

Dalam prosesnya, perjanjian jual beli bersyarat (PJBB) itu tidak dapat terlaksana karena pihak Assera tidak juga dapat membayarkan saham yang diperjanjikan walaupun telah diberi tenggat waktu tambahan selama tiga bulan dari tanggal penutupan sesuai PJBB. Namun pihak Assera, dengan cara melanggar hukum, terus berupaya menguasai APMR dan CLM.

Terkait hal ini, CLM di bawah kekuasaan Helmut Hermawan sudah melakukan upaya hukum secara perdata dan pidana. Berdasarkan akte terakhirnya tanggal 14 September 2022 yang telah mendapatkan pengesahan dari Kemenkum dan HAM, Helmut dkk juga telah dinyatakan sebagai manajemen yang sah.

Oleh karena itu, mereka berharap aparat hukum yang menangani dan didukung pemerintah daerah setempat dapat segera menyelesaikan kisruh kepemilikan saham dan manajemen di perusahaan.

Freddy Napitupulu, Direktur Operasional CLM pihak Helmut Hermawan yakin hati nurani para karyawan yang masih berada di site berpihak kepada mereka. Terbukti ketika manajemen dan sebagian karyawan akan berangkat ke Jakarta, mereka berpesan dan mendoakan agar manajemen Helmut dkk bisa menang dan site kembali beraktivitas seperti sediakala.

“Secara nurani kami yakin mereka tahu harus berpihak ke mana atas ketidakadilan dan kezaliman yang kami alami,” ujarnya.

Ke-30 karyawan yang datang ke Jakarta tersebut berasal dari berbagai divisi di site pertambangan CLM Luwu Timur. Antara lain divisi keuangan, divisi HRD, para engineer, tata kelola hutan, dan lain-lain.

Sebelum kisruh manajemen terjadi, seperti diakui Gunaryo, salah satu karyawan, sehari-hari hubungan antara manajemen dengan karyawan memang sangat kekeluargaan. Hubungan mereka cair dan tidak terkotak-kotak antar divisi maupun kontraktor.

Karena itu mereka mengaku cukup terpukul ketika Zainal Abidinsyah (yang juga merupakan CEO Apexindo Group) menghilangkan nama-nama direksi CLM pasca kisruh kepemilikan.

Seluruh karyawan yang datang ke Jakarta mengakui, sejak kepemimpinan CLM dipegang Helmut dkk, kesejahteraan karyawan naik pesat, berbanding lurus dengan kinerja perusahaan. Sebagai gambaran, tahun lalu mereka mendapatkan bonus sebesar dua kali gaji ketika produksi pertambangan bisa naik melampaui target.

“Karena itu banyak di antara teman-teman yang kemudian mengambil (kredit) rumah dan kendaraan. Mereka dipercaya bank karena kinerja perusahaan juga bagus. Di luar itu, kami juga menyediakan softloan jika ada karyawan yang punya keperluan mendadak,” ujar Zaenuri, Kepala Keuangan CLM.

89 Persen Karyawan Lokal

PT Citra Lampia Mandiri (CLM) adalah perusahaan dalam negeri yang berdiri sejak tahun 2007 dan bergerak di sektor pertambangan nikel laterit dmp. Perusahaan tambang tersebut memiliki izin usaha penambangan (IUP) produksi sebesar 2.660 hektar atau yang terbesar di Sulawesi Selatan.

Sebagai perusahaan tambang aktif yang memiliki lahan terbesar di Sulawesi, menurut Freddy, 89 persen karyawan CLM adalah masyarakat lokal, termasuk semua kontraktornya. Sejak awal mereka memberi akses kepada putra-putra daerah agar bisa ikut mengelola pertambangan.

“Kami berprinsip, jika bekerja di sana, kami juga harus memberi kontribusi semaksimal mungkin untuk masyarakat lokal. Jadi pemberdayaan kami bukan omong kosong. Bahkan nama desanya pun kami ambil sebagai nama perusahaan,” tegas Freddy.

Untuk meningkatkan skill para pekerja pertambangan, tambah Freddy, CLM secara rutin mengadakan pelatihan bagi para operator dan karyawan yang hampir semuanya berasal dari masyarakat setempat. Selain itu, mereka juga terbuka terhadap program magang mahasiswa pertambangan di sekitar wilayah itu. Hanya saja karena pendaftarnya berlimpah, akhirnya mereka membuat sistem pembatasan.

Kontribusi CLM di Luwu Timur tidak sekadar fokus pada kesejahteraan karyawan internalnya. Di bawah kepemimpinan Helmut, CLM banyak melakukan aktivitas sosial dan membaur dengan kepentingan masyarakat. Antara lain melalui program pemberdayaan 4 desa ring satu dan ring dua pertambangan yang mereka bina. Masing-masing desa itu adalah Desa Harapan, Desa Pangkeru, Desa Pasi-pasi dan Desa Laskap.

Freddy memaparkan, sejak tahun 2021 mereka berinsiatif merancang RIPM (Rencana Induk Pengabdian Masyarakat) yang sudah disampaikan ke Pemerintah Provinsi dan sekarang tinggal menunggu pengesahan dari pusat.

“Kami inisaitif sendiri membuat RIPM, kami ajukan ke Pemda disetujui, lalu naik ke Pemprov disetujui dan sekarang sedangkan diajukan ke Pusat tinggal pengesahannya. Tapi walau belum disahkan oleh pemerintah, karena sudah menjadi komitmen, spending tetap kami keluarkan untuk keempat desa tersebut. Kami data apa kebutuhan mereka, dan akan kami penuhi sesuai dengan RIPM,” papar Freddy lagi.

Kepada empat desa tersebut, CLM aktif membuat program-program filantropi. Seperti program rutin Jumat Berkah dan Jumat Bersih. Bilamana diperlukan, mereka tak segan mengerahkan alat-alat berat yang ada di site untuk membantu proses perbaikan jalan di sepanjang jalan desa pemberdayaan. Termasuk membantu reklamasi ketika salah satu masjid tergerus erosi air laut.

Belum lama, mereka juga menyumbangkan sebuah mobil ambulans, dan perangkat pacu jantung kepada puskesmas setempat. Secara formal, Pemda setempat juga telah menunjuk CLM untuk membuat ruang terbuka hijau dalam bentuk lapangan bola. Sementara PT Vale Indonesia, perusahaan pertambangan tetangga mereka, mendapat jatah membuat taman.

Freddy mengaku berbagai aktivitas sosial mereka banyak dibantu LSM-LSM setempat sehingga terjalin hubungan harmonis antara perusahaan, masyarakat dan LSM. Zubairi yang istrinya asli penduduk Lampia pun mengaku, hubungan karyawan dengan masyarakat setempat sudah sangat menyatu tanpa batasan. Selain itu, keberadaan CLM juga memberi pengaruh nyata terhadap tingkat perekonomian daerah.