Bagikan:

JAKARTA - Subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yakni PT Pelindo Solusi Logistik (PSL) terus mengupayakan optimalisasi aset dan akses untuk meningkatkan pelayanan logistik dan pengembangan hinterland.

"Pelindo Solusi Logistik sangat berkepentingan dengan akses menuju dan dari pelabuhan untuk memperlancar arus barang, sekaligus mengoptimalkan aset-aset yang ada di Pelindo, termasuk depo dan gudang," kata Direktur Utama PT PSL Joko Noerhudha dikutip dari Antara, Jumat, 18 November.

Joko mengatakan, PSL mengoptimalkan aset melalui bisnis pergudangan dan pengembangan hinterland atau wilayah industri di sekitar pelabuhan.

Ia menyebut, Pelindo Solusi Logistik saat ini memiliki ratusan depo dan gudang yang dulu dikelola PT Pelindo I-IV dan anak-anak usahanya sebelum merger.

Para pemilik barang bisa memanfaatkan keunggulan lokasi dan layanan gudang-gudang Pelindo untuk kegiatan konsolidasi barang ekspor/impor maupun sebagai buffer inventory, karena pengguna jasa tak perlu membangun gudang sendiri.

“Mereka mendapatkan layanan yang lebih efisien, visibilitas proses (tracking), ditambah dengan lokasi gudang yang berada di dekat pelabuhan,” ujarnya.

Oleh karena itu, PSL akan fokus pada pengembangan hinterland, salah satunya di Kijing, Mempawah, Kalimantan Barat.

Menurut dia, kawasan industri ini sangat dekat dengan pelabuhan, sehingga transportasinya benar-benar efisien, baik untuk bahan baku maupun produk akhir.

Selain itu, PSL juga mengembangkan Pusat Logistik Berikat (PLB) di Benoa, Bali, untuk produk bernilai tinggi yang diangkut melalui moda transportasi udara, sebagai alternatif mengantisipasi kawasan logistik Bandara I Gusti Ngurah Rai yang sudah sangat padat.

Untuk akses, Joko menyampaikan bahwa PSL tengah mengupayakan akses jalan tol Cibitung-Cilincing segera rampung.

Kemacetan yang terjadi di Marunda atau Cakung menuju Pelabuhan Tanjung Priok menjadi salah satu penghambat arus barang ke pelabuhan terbesar di Indonesia itu.

“Kongesti terjadi di akses masuk Tanjung Priok. Padahal, pelabuhan sudah cukup efisien, arus bongkar juga lebih cepat dan produktivitas meningkat,” katanya.

Ia mengatakan, kemacetan tersebut merugikan semua pihak, terutama pengusaha angkutan yang tidak bisa meningkatkan produktivitas karena belum lancarnya akses menuju pelabuhan.

Mestinya, dengan jarak dari wilayah hinterland seperti Bekasi dan Karawang, truk-truk tersebut bisa menempuh 3-4 trip sehari.

“Ongkos kemacetan ini akhirnya harus ditanggung pengusaha. Kalau bisa 3-4 trip, cost per unit-nya bisa turun cukup signifikan,” kata alumni Teknik Sipil Institut Teknologi 10 November Surabaya ini.

Ia menambahkan, pembenahan jalan akses menuju Tanjung Priok dari arah hinterland di Timur Jakarta sangat krusial untuk diatasi untuk mencapai visi sebagai “The Best Solution Provider for an Integrated Logistics Ecosystem.”

"Di bisnis logistik, Pelindo Solusi Logistik harus mampu memberikan value kepada pelanggan dengan menawarkan efisiensi dan visibilitas proses melalui standardisasi dan digitalisasi layanan," katanya.