JAKARTA – Mohammad Ali nampak sesekali melempar senyum saat menceritakan hasil panen bawang merahnya beberapa waktu terakhir. Kata dia, hasil yang didapat kini melonjak signifikan.
Usut punya usut, Ali kini menerapkan metode baru dalam proses budidaya bawang merah. Melalui optimalisasi penggunaan energi listrik, dia bisa menekan biaya produksi dari sisi pembasmian hama sehingga pendapatan yang diterima bisa maksimal.
“Cahaya lampu yang berbinar saat malam rupanya tidak disukai hama sehingga kami bisa menghemat biaya penggunaan pestisida, meningkatkan hasil panen bawang merah, dan pada akhirnya uang yang terkumpul bisa lebih banyak,” ujarnya melalui siaran pers yang dilansir PLN dalam rangka program pemerintah Electrifying Agriculture, Minggu 6 November.
Ali tidak sendiri. Petani asal Bima, Nusa Tenggara Barat ini memastikan jika rekan sejawat di Kelompok Tani So Lolu juga merasakan hal yang sama. Ali menjelaskan hampir 80 persen petani bawang di desanya telah menggunakan lampu.
“Ketika kita perbandingkan dengan penggunaan lampu dan tidak, hasilnya sangat jauh berbeda. Penghematan luar biasa terjadi dari sisi biaya,” imbuh dia.
Senada, Raflin yang berasal dari Kelompok Tani So Wawo Rasa merasakan kondisi serupa. Dalam penuturannya, dia menyebut sebelum penerapan metode elektrifikasi petani mesti mengeluarkan uang untuk membeli pestisida sebesar Rp6 juta bahkan lebih. Sementara dengan menggunakan lampu, pengeluarannya jauh berkurang mencapai 60 persen.
“Dari pengeluaran Rp6 juta, maksimal sekarang hanya Rp2 jutaan saja. Ini menghemat Rp4 juta. Artinya, kalau ada 40 petani maka potensi kenaikan pendapatan mencapai Rp140 juta. Bayangkan uang sebesar itu hanya di satu kelompok tani, bagaimana jika digabung dengan tempat lain,” terangnya.
Raflin pun menyampaikan terima kasih kepada PLN karena telah menjadi bagian dari solusi peningkatan kesejahteraan petani di NTB. Dia mengapresiasi program pemerintah melalui Electrifying Agriculture yang memberi manfaat besar bagi sektor pertanian di Indonesia.
“Di sisi lain, lampu-lampu penerangan yang tampak seperti hiasan di lahan pertanian disebut memberi keunikan tersendiri sehingga memicu geliat bisnis UMKM di tempat kami,” katanya.
BACA JUGA:
Sementara itu, General Manager PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat Sudjarwo menjelaskan kondisi positif yang dirasakan petani didukung dengan pemasangan empat unit Stasiun Pengisian Listrik Umum berkapasitas 2.200 hingga 5.500 volt ampere (VA).
“PLN hadir untuk membantu masyarakat yang hampir 70 persen penduduknya adalah petani. Langkah ini adalah komitmen kami menjadi pendorong ekonomi, khususnya di NTB," ungkap dia.
Sudjarwo menambahkan, pihaknya terus menjunjung prinsip kerja berdasarkan environmental, social and governance (ESG) dalam menciptakan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
“Kami ingin apa yang ada di desa-desa Nusa Tenggara Barat bisa menjadi contoh bagi kawasan lain dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas,” tutup dia.