Bagikan:

JAKARTA - Laba bersih konsolidasi Bank Mandiri di sembilan bulan pertama 2022 sudah melampaui capaian di tahun 2021.

Laba bersih kuartal III bank berkode saham BMRI ini sudah tumbuh 59,4 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menembus Rp30,7 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan, pertumbuhan laba tersebut merupakan hasil dari strategi baru Bank Mandiri yang berfokus pada ekosistem baik dari sisi pembiayaan maupun pendanaan.

Hasilnya, realisasi kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tercatat sampai dengan akhir September 2022 berhasil tumbuh 14,28 persen secara yoy mencapai Rp1.167,51 triliun.

Pertumbuhan kredit jauh di atas pertumbuhan industri pada September 2022 sebesar 11 persen yoy.

Dikatakan Darmawan, peningkatan kredit Bank Mandiri tentunya tidak terlepas dari fundamental ekonomi Indonesia yang masih solid.

"Dalam mendorong penyaluran kredit, kami tetap fokus pada sektor yang prospektif dan merupakan bisnis turunan dari ekosistem segmen wholesale di setiap wilayah. Pencapaian kinerja Bank Mandiri yang solid juga selaras dengan kondisi ekonomi Indonesia yang masih bertumbuh di tengah ketidakpastian global," ujarnya di Jakarta, Rabu, 26 Oktober.

Fungsi intermediasi yang impresif tersebut, lanjut Darmawan, merata di seluruh segmen. Salah satunya adalah kredit korporasi yang menjadi pilar utama bisnis Bank Mandiri tumbuh positif sebesar 12,2 persen yoy menjadi Rp410 triliun per akhir September 2022.

Kinerja Bank Mandiri juga terlihat dari sisi profitabilitas yang terus meningkat.

Return on Equity (ROE) Tier-1 bank only telah menyentuh 23,28 persen atau naik 822 basis poin (bps) secara yoy.

Sementara posisi net interest margin (NIM) konsolidasi terjaga solid di level 5,42 persen.

Kontribusi Transformasi Digital

Darmawan mengatakan, upaya transformasi digital Bank Mandiri juga telah membuahkan hasil yang positif.

Hasil ini tercermin dari transaksi digital Bank Mandiri melalui Livin’ dan Kopra by Mandiri yang tumbuh signifikan.

Tercatat saat ini Livin’ by Mandiri telah diunduh lebih dari 18 juta kali dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Melalui serangkaian inovasi yang dilakukan dalam setahun terakhir, kata Darmawan, aplikasi perbankan super lengkap milik Bank Mandiri ini telah mampu melayani 500 juta transaksi.

Adapun nilai transaksi Livin’ by Mandiri pada kuartal III 2022 telah menembus Rp 630 triliun atau tumbuh sekitar 50 persen secara yoy.

Sedangkan untuk layanan Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri, telah berhasil mengelola Rp13.420 triliun transaksi hingga kuartal III 2022 atau tumbuh 27 persen secara yoy.

Pertumbuhan pengguna Kopra by Mandiri, yang kini juga telah hadir dalam versi mobile app, juga meningkat hampir dua kali lipat dalam satu tahun terakhir menjadi 68.000 pengguna.

"Kehadiran Livin’ dan Kopra by Mandiri juga turut menyumbang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) khususnya dana murah yang signifikan. Ini membuktikan bahwa transformasi digital yang dilakukan Bank Mandiri telah berhasil berkontribusi signifikan terhadap kinerja keuangan dengan tren yang terus membaik," kata Darmawan.

Adapun total dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri tumbuh positif 12,13 persen YoY dari Rp1.213,99 triliun di kuartal III 2021 menjadi Rp1.361,30 triliun di akhir kuartal III 2022 yang diitopang oleh peningkatan dana tabungan yang naik 15,1 persen yoy menjadi Rp533 triliun secara konsolidasi.

Darmawan mengatakan transformasi digital Bank Mandiri juga dilakukan dengan mendigitalisasi kantor cabang untuk mengoptimalkan layanan kepada nasabah.

Bertajuk Smart Branch, bank berlogo pita emas ini telah mentransformasi 241 kantor cabang di seluruh Indonesia.

Melalui konsistensi pengembangan bisnis dan transformasi digital, saham Bank Mandiri (BMRI) pun berhasil menorehkan penguatan harga mencapai level tertinggi baru sepanjang masa atau all-time high menjadi Rp10.375 per lembar saham pada penutupan perdagangan saham Efek Indonesia, Jumat, 21 Oktober dan bahkan, sempat bertengger di level Rp10.450 pada sesi siang harinya.

Posisi tersebut naik 47,68 persen secara year to date (ytd) dibandingkan posisi penutupan bursa pada akhir 2021 sebesar Rp7.025 per lembar saham.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Bank Mandiri konsisten menjaga kualitas aset. Hal ini tercermin dari posisi non performing loan (NPL) bank only yang melandai ke level 2,3 persen per September 2022.

Posisi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan periode September 2021 yang sempat menyentuh 3,1 persen atau telah turun sebesar 80 basis poin (bps).

Dalam menjaga kualitas aset, Bank Mandiri juga telah membentuk pencadangan yang memadai.

Sampai dengan kuartal III 2022, Bank Mandiri telah menyiapkan pencadangan yang cukup, dengan NPL Coverage ratio mencapai 292 persen, meningkat dari posisi kuartal III tahun sebelumnya yang sebesar 247 persen.

Adapun sampai dengan akhir September 2022, posisi restrukturisasi kredit terdampak COVID-19 Bank Mandiri makin melandai menjadi Rp45,6 triliun.

Jumlah ini sudah jauh lebih rendah dari September 2021 yang sempat mencapai Rp90,1 triliun, atau menurun 49,38 persen secara yoy.

Penurunan ini, menurut Darmawan, didorong oleh pelunasan dan pembayaran cicilan debitur, dan bisnis para debitur yang sudah kembali normal.

Di samping itu, peran Pemerintah dan regulator dalam menanggulangi COVID-19 di Tanah Air telah terbukti berhasil dan ekonomi telah kembali pulih bahkan tumbuh menguat dibandingkan posisi sebelum pandemi COVID-19.

"Berkat disiplin dalam mengimplementasikan manajemen risiko, biaya kredit atau cost of credit (CoC) Bank Mandiri secara bank only pun berhasil ditekan menjadi 1,3 persen per September 2022. Jauh lebih baik bila dibandingkan periode setahun sebelumnya 2,1 persen," tuturnya.