Bagikan:

JAKARTA - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) bersama Yayasan Berdaya Bareng meluncurkan program pemberdayaan ekonomi berkelanjutan bagi 200 pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Timur yang difokuskan kepada kalangan perempuan dan rekan disabilitas.

Program ini menyasar para pelaku UMKM yang berada di berbagai kota di Makassar, Toraja, Manado, Balikpapan, dan Samarinda.

Direktur Compliance, Corporate Affairs and Legal CIMB Niaga Fransiska Oei menyatakan, program ini merupakan bagian dari implementasi Sustainability CIMB Niaga, khususnya pilar CSR bidang pemberdayaan ekonomi.

Dipilihnya wilayah Indonesia Timur karena memiliki banyak potensi UMKM yang dapat dikembangkan untuk mendorong percepatan pembangunan serta pemerataan ekonomi nasional.

“Melalui semangat Indonesia Berdaya, CIMB Niaga terus berkontribusi terhadap kebangkitan dan pemberdayaan perekonomian di Indonesia, salah satunya melalui dukungan terhadap pelaku UMKM. Upaya ini akan kami lakukan secara terus menerus dan berkesinambungan yang sejalan dengan konsistensi kami dalam mendukung Sustainable Develepment Goals (SDGs),” ujar Fransiska dalam keterangan resminya, Senin, 24 Oktober.

Fransiska juga menyampaikan bahwa CIMB Niaga memberikan perhatian khusus kepada para pelaku UMKM perempuan dan rekan disabilitas yang selama ini mungkin belum banyak terjangkau.

Program yang berlangsung selama setahun ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan usaha mereka melalui pelatihan dan pendampingan dari para mentor profesional yang disediakan CIMB Niaga dan Yayasan Berdaya Bareng.

"Pelatihan dilakukan secara online dan offline dengan materi terdiri dari kewirausahaan, literasi keuangan, dan akses digital," imbuh Fransiska.

Selain mendapatkan pelatihan dan pendampingan, lanjutnya, sebanyak 50 dari 200 pelaku UMKM yang mengikuti program pemberdayaan di tahap awal ini, akan mendapatkan bantuan modal usaha tanpa bunga dari CIMB Niaga.

"Di antara kriteria pemilihannya yaitu memiliki komitmen dan integritas serta berhasil meningkatkan pendapatan minimal 10 persen dan penambahan konsumen minimal 5 persn setelah diberikan pendampingan," kata Fransisca.

Pada akhir program diharapkan pelaku UMKM yang mendapatkan pembinaan bisa meningkatkan pendapatannya minimal 30 persen, peningkatan konsumen 15 persen, dan memiliki business road map yang jelas untuk 1 tahun ke depan.

“Kami berharap upaya kami dalam memfasilitasi konsultasi bisnis, pendampingan usaha, dan membantu permodalan bagi para pelaku UMKM di wilayah Indonesia Timur ini dapat membantu pemulihan ekonomi nasional. Di samping juga berkontribusi dalam mendukung program Kementerian Koperasi dan UKM yaitu meningkatkan target rasio kewirausahaan menjadi 3,95 perseb di tahun 2024,” pungkas Fransiska.