Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) optimistis kinerja kredit perseroan mampu bertumbuh pada 2023 meski dibayangi risiko resesi global dan ketidakpastian ekonomi.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memperkirakan pertumbuhan kredit perseroan pada 2023 tidak akan berbeda jauh dengan capaian tahun ini. Hal ini disebabkan masih ada sejumlah sektor potensial yang dinilai mampu mengerek kinerja kredit BCA.

Jahja menjelaskan, sampai dengan kuartal III 2022, BCA telah membukukan penyaluran kredit sebesar Rp682 triliun atau naik 12,6 persen secara year-on-year (yoy). Adapun tahun ini perseroan memproyeksikan kredit tumbuh 8-10 persen yoy.

"Untuk tahun 2023, kami cukup optimistis melihat bahwa tahun ini kredit kami secara tahunan sudah naik 12,6 persen. Mudah-mudahan dengan persentase yang kurang lebih sama, kami bisa di tahun 2023 meski tantangan pasti ada," ujarnya dalam konferensi pers akhir pekan lalu.

Lebih lanjut Jahja menambahkan bahwa di tengah kondisi saat ini, sulit untuk memetakan sektor mana yang memiliki potensi bertumbuh. Namun, secara umum, dia menyatakan sektor konsumsi akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat.

"Sektor konsumsi akan selalu dibutuhkan karena 260 juta masyarakat di Indonesia perlu makan dan perlu fesyen juga, itu akan selalu ada kebutuhan," tuturnya.

Sektor lain yang diharapkan bertumbuh adalah pariwisata. Jahja menyatakan sejumlah negara mulai melonggarkan aktivitas masyarakat untuk bepergian. Hal ini dapat menjadi potensi bagi sektor pariwisata untuk meningkatkan transaksi net foreign exchange.

Berdasarkan laporan BCA, hingga per kuartal III 2022, kinerja kredit perseroan ditopang oleh seluruh segmen seperti kredit korporasi yang naik 13,4 persen yoy menjadi Rp306,1 triliun, sedangkan kredit komersial dan UKM naik 12,6 persen yoy mencapai Rp203,5 triliun.

Selain itu, kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 10,4 persen yoy menjadi Rp105 triliun, dan kredit kendaraan bermotor (KKB) sebesar Rp43,8 triliun atau naik 9,2 persen yoy.

Adapun, saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 15,8 persen yoy menjadi Rp13,0 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer mencapai Rp165,0 triliun atau naik 10,4 persen yoy.