Bos IBC Ungkap Tantangan Indonesia Menuju NZE: Butuh Investasi Rp231 Triliun
Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengungkapkan, tantangan yang harus dihadapi Indonesia menuju net zero emission (NZE).

Menurutnya, diperlukan usaha besar untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan energi bersih di Indonesia.

Ia membeberkan, tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana memproduksi nikel menjadi produk baterai yang akan digunakan untuk kendaraan listrik, sebab membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Untuk itu, dirinya mengaku membutuhkan investasi senilai 15 miliar dolar AS atau setara dengan Rp321 triliun.

"Tantangan yang dihadapi menuju NZE adalah bagimana memproduksi nikel menjadi baterai yang tentu membutuhkan tak hanya teknologi tapi juga investasi yang sangat besar sekitar 15 bilion dolar," ujarnya dalam SOE Commitment on Net Zero Emission, Selasa, 18 Oktober.

Toto menambahkan, untuk memperoleh investasi dan menyukseskan pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, pihaknya membutuhkan mitra serta lebih dari 2000 MW energi bersih.

Adapun saat ini IBC telah memperoleh dua mitra yang akan menanamkan modalnya yakni PT Aneka Tambang Tbk dan perusahaan China PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL) serta perusahaan asal korea LG Energy Solution.

Menurut dia, Indonesia digadang-gadang sebagai salah satu pemain besar dalam bidang ekosistem kendaraan listrik.

"Kenapa? Karena sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah. Kita punya nikel, lalu aluminium indonesia juga memiliki pangsa pasar yang besar untuk industri otomotif. Kita punya pasar mobil 1,5 juta kendaraan per tahun dan motor 8 juta unit per tahun," bebernya.

Toto menjelaskan, arah pengembangan ekosistem kendaraan listrik tidak sekadar transisi energi dan memangkas emisi karbon, tetapi juga mendorong lapangan pekerjaan baru.

“Kenapa kita harus mendorong percepatan ekosistem kendaraan listrik? Ya, karena kita punya bahan baku, realisasi pertumbuhan industri otomotif dan kita punya kapasitas supply chain otomotif di indonesia,” tambahnya.

Melalui ekosistem kendaraan listrik ini, kata Toto, pihaknya tengah berupaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 9 juta metrik ton dan impor bahan bakar sebesar 29,4 juta barel per tahun.

IBC sendiri merupakan perusahaan konsorsium yang terdiri dari empat BUMN yaitu MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam).