Isu Pangan jadi Fokus Pertemuan G20 di Washington, RI Usul Dunia Perlu Inisiatif Lain
Ilustrasi (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA – Para Menteri Keuangan (Menkeu) dan Menteri Pertanian (Mentan) negara anggota G20 menyelenggarakan Pertemuan G20 Joint Finance and Agriculture Ministers (JFAMM) yang pertama di Washington D.C. pada awal pekan ini.

Agenda tersebut menindaklanjuti hasil pertemuan Deputi Keuangan dan Pertanian G20 pada pekan lalu terkait permasalahan ketahanan pangan dunia.

Menkeu Sri Mulyani dalam keterangannya mengatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia telah menegaskan komitmen untuk menggunakan semua perangkat kebijakan yang tepat dalam mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan, termasuk risiko kerawanan pangan.

“G20 siap untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat tentang ketahanan pangan dan gizi, termasuk dengan bekerja sama dengan inisiatif lain,” ujarnya pada Rabu, 12 Oktober.

Menurut Menkeu, beberapa inisiatif global telah diluncurkan oleh organisasi regional, internasional, dan bahkan secara mandiri oleh beberapa negara untuk menghadapi permasalahan ketahanan pangan, seperti the UN Global Crisis Response Group (GCRG), the G7 Global Alliance for Food Security (GAFS).

Kemudian ada juga the Global Agriculture and Food Security Program (GAFSP), International Finance Institutions Action Plan, dan Global Development Initiative.

Selain itu, disebutkan pula Bank Dunia telah berkomitmen untuk menyediakan 30 juta dolar AS dalam pendanaan baru atau yang sudah ada untuk proyek terkait ketahanan pangan dan nutrisi untuk beberapa tahun ke depan.

“Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pun turut menyediakan perkembangan kondisi pasar pangan, termasuk melalui G20 Agricultural Market Information System,” tuturnya.

Pada perhelatan tersebut diketahui Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 telah menegaskan komitmen mereka untuk memanfaatkan semua perangkat kebijakan (policy tools) dalam mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk ketahanan pangan.

“Forum G20 akan terus mengambil langkah bersama secara cepat dalam menghadapi permasalahan ketahanan pangan dan nutrisi, termasuk dengan bekerja sama dengan inisiatif lain,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Mentan Syahrul Yasin Limpo menyatakan sebagai sebuah forum yang efektif dalam menjawab tantangan global dalam hal kerawanan pangan, Presidensi G20 Indonesia menerapkan strategi untuk meningkatkan kapasitas produksi.

“Ini bermanfaat guna menstabilkan harga pangan, menekan inflasi, menurunkan impor dan meningkatkan ekspor pangan,” kata Mentan.

Dia menerangkan juga perihal strategi yang diterapkan pada beberapa komoditas pangan strategis.

“Melalui kegiatan operasional kita bisa mengatasi permasalahan yang muncul dalam sistem agribisnis pangan, agar tercapai efisiensi dan peningkatan daya saing,” imbuhnya.

Sebagai informasi, permasalahan ketahanan pangan telah menjadi perhatian forum G20, sebagaimana isu tersebut telah diangkat dalam High-Level Seminar: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity serta Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ketiga pada Juli 2022 lalu.

Adapun, pertemuan JFAMM pertama pada hari ini menjadi dasar koordinasi erat yang diperlukan di masa depan untuk menentukan cara terbaik dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan.

Dalam pertemuan tersebut, para Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 mendukung peningkatan koordinasi untuk memastikan respon global yang selaras dalam menghadapi kerawanan pangan dan kerja sama dengan inisiatif multilateral lainnya.