JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengamini bahwa peningkatan suku bunga acuan akan turut menaikan suku bunga kredit perbankan. Meski demikian, dia menyebut bahwa hal tersebut tidak serta-merta langsung terjadi melainkan membutuhkan proses secara bertahap.
Bahkan Perry memastikan rambatan kenaikan sekarang bakalan lebih lambat jika dibandingkan dengan kondisi normal sebelum pandemi.
“Pengaruh kenaikan BI rate pada suku bunga perbankan akan lebih lambat karena kondisi likuiditas di perbankan itu sangat longgar,” ujarnya ketika menjawab pertanyaan wartawan pada Kamis, 22 September.
Perry mencatat, rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) saat ini terpantau dalam level yang cukup tinggi dengan 26,52 persen.
“Kami tengarai elastisitas (dampak kenaikan BI rate) akan lebih rendah pada kondisi sebelum COVID-19,” tuturnya.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, otoritas moneter menyebutkan bahwa pertumbuhan kredit pada Agustus 2022 tercatat sebesar 10,62 persen year on year (yoy), ditopang oleh peningkatan di seluruh jenis kredit dan pada mayoritas sektor ekonomi.
Perry menegaskan jika suku bunga perbankan sendiri masih dalam tren menurun, seperti di pasar dana suku bunga deposito 1 bulan perbankan turun sebesar 44 basis points (bps ) menjadi 2,90 persen pada Agustus 2022 dari Agustus 2021.
Lalu, di pasar kredit, suku bunga kredit menunjukkan penurunan 48 bps pada periode yang sama menjadi 8,94 persen.