JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan pada Januari 2023 mencapai 10,5 persen year on year (yoy).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa angka tersebut lebih landai jika dibandingkan dengan Desember 2022 yang tumbuh 11,3 persen.
“Hal ini terjadi karena adanya pengaruh pola musiman (natal dan tahun baru). Secara umum, intermediasi perbankan pada awal 2023 tetap tumbuh tinggi,” ujarnya kepada awak media usai Rapat Dewan Gubernur (RDG), dikutip redaksi pada Jumat, 17 Februari.
Perry menjelaskan, untuk sektor perbankan syariah, pembiayaan tumbuh lebih tinggi mencapai 20,9 persen yoy pada Januari 2023.
Kemudian, di segmen UMKM pertumbuhan kredit juga terus berlanjut, khususnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tumbuh tinggi sebesar 29,6 persen yoy selama 2022.
“Tingginya kredit dan pembiayaan didorong oleh sisi penawaran didukung likuiditas yang memadai dan standar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan yang tetap longgar,” tegas Perry.
BACA JUGA:
Bos BI itu menambahkan, untuk sisi permintaan ada kenaikan kredit/pembiayaan yang ditopang oleh permintaan korporasi termasuk UMKM dan konsumsi rumah tangga yang terus membaik.
“Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan untuk meningkatkan intermediasi guna mendukung pemulihan ekonomi,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut Perry turut pula menyampaikan bahwa bank sentral memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7 days repo rate sebesar 5,75 persen.
Begitu juga dengan suku bunga deposit facility yang tidak berubah di level 5 persen persen dan suku bunga lending facility 6,50 persen.
“Keputusan ini tetap konsisten dengan kebijakan moneter pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi,” kata dia.