JAKARTA - Presiden Joko Widodo secara terang-terangan membuka peluang bagi Indonesia untuk membeli minyak dari Rusia.
Dikutip dari CNA, hal ini dilakukan untuk mengimbangi tekanan kenaikan biaya energi di Indonesia.
"Semua opsi selalu kami pantau. Jika ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja," kata Jokowi, dikutip melalui CNA, Senin 12 September.
Menanggapi hal ini, Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan terdapat tiga risiko yang akan dihadapi Indonesia jika membeli minyak mentah dari Rusia.
Pertama, terdapat risiko negara Eropa dan Amerika mengurangi impor dari Indonesia.
"Karena sebagian negara Eropa dan AS menjatuhkan banyak sanksi ekonomi kepada Rusia setelah ada konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina," ujar Bhima kepada VOI, Selasa 13 September.
Risiko kedua yang harus dihadapi Indonesia adalah risiko embargo dari negara barat karena dianggap Indonesia membeli minyak Rusia sebagai support terhadap invasi Ukraina dan keuntungan minyak yang dibeli akan digunakan Rusia untuk melanjutkan operasi militer.
"Dampak embargo dikhawatirkan bisa mengganggu kerjasama perdagangan, investasi bahkan berujung pada terputuskan Indonesia dari sistem pembayaran internasional," lanjut Bhima.
Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR, Syaikhul Islam meminta pemerintah untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam waktu dekat.
Menurutnya, salah satu langkah yang dapat dilakukan pemerintah dengan mengimpor minyak mentah dari Rusia.
BACA JUGA:
Syaikhul menambahkan, pemerintah perlu mengupayakan berbagai terobosan dan pilihan kebijakan agar tidak ada kenaikan harga BBM
"Misalnya terbaru terkait impor crude palm oil dari Rusia. Karena hanya takut sanksi dari negara barat itu goblok sekali? Karena sekutu Amerika di Eropa juga tetap mengimpor minyak Rusia, kok!," ujarnya dalam Raker dengan Menteri ESDM di Jakarta, Rabu 24 Agustus.
Asal tahu saja, Rusia disebut menawarkan minyak mentah dengan harga 30 persen lebih murah dari harga pasar.
Syaikhul menilai, jika pemerintah memutuskan untuk mengimpor minyak dari Rusia dapat menahan keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM.
"Anehnya kalau ada tawaran harga crude palm oil yang lebih murah 30 persen dan kita tidak ambil alangkah gobloknya kita, pak! Dan kita berharap dengan harga yang murah itu tidak ada kenaikan BBM. Kalau perlu malah turun," ujarnya.