JAKARTA - PT Waskita Karya Tbk menargetakan akan menyerap dana publik sebesar Rp980 miliar melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue).
Perolehan dana tersebut akan digunakan sebagai modal kerja perusahaan.
Rencananya, rights issue emiten berkode saham WSKT ini akan dilakukan pada November mendatang.
Dalam proses rights issue ini, pemerintah selaku pemegang saham mayoritas ikut berpartisipasi melalui dukungan dana berupa pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun anggaran 2022 senilai Rp3 triliun.
PMN tersebut telah disetujui DPR dan Kementerian Keuangan.
"Guna menjaga struktur kepemilikan saham Waskita bagi publik, maka kami lakukan rights issue dengan target perolehan dana publik sebesar Rp980 miliar," kata Direktur Utama Waskita Destiawan Soewardjono dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin, 12 September.
Setelah rights issue, lanjutnya, komposisi saham Waskita pun akan berubah. Riciannya, 75,35 persen untuk pemerintah dan 24,65 persen untuk publik.
Destiawan memastikan, PMN akan digunakan untuk menyelesaikan pembangunan dua jalan tol di Sumatera dan Jawa yakni ruas Tol Kayu Agung-Palembang-Betung dan ruas Tol Ciawi-Sukabumi.
Untuk Tol Kayu Agung-Palembang-Betung, kata Destiawan, dana yang dialokasikan sebesar Rp2 triliun. Sementara untuk ruas Tol Ciawi-Sukabumi senilai Rp996 miliar hingga Rp1 triliun.
"Jadi bisa dipastikan bahwa PMN itu tidak kami gunakan untuk proyek lain, agar ruas tol yang ada ini bisa selesai di tahun depan," ungkap Destiawan.
Dengan begitu, maka total anggaran yang dibutuhkan emiten konstruksi pelat merah ini sebesat Rp3,98 triliun. Dana segar ini dialokasikan untuk modal kerja perusahaan hingga penyelesaian pembangunan dua ruas tol.
Namun, meski dana rights issue melalui PMN sebesar Rp3 triliun telah disetujui pemerintahan, Komisi XI DPR RI justru meragukan Waskita Karya mampu menyerap dana publik sebesar Rp980 miliar.
Keraguan tersebut juga dibarengi oleh pertanyaan yang dilontarkan anggota Komisi XI, bahwa dari mana sumber pendanaan baru yang diperoleh manajemen, bila saham yang diterbitkan tidak terserap secara 100 persen.
BACA JUGA:
Menanggapi pertanyaan tersebut, Destiawan memastikan pihaknya akan mencari alternatif lain yakni dengan kembali melakukan pinjaman ke lembaga perbankan. Jika proses ini ditempuh, maka beban bunga perusahaan akan bertambah, mengingat Waskita Karya masih mencatatkan beban utang.
"Seandainya jika kami tidak mendapatkan yang Rp900 miliar, artinya kami harus datang lagi ke bank melakukan pinjaman, ini akan menambah beban bunga utang," ujar Destiawan.
Namun, Destiawan optimistis bila investor akan menyerap seluruh saham baru yang diterbitkan WSKT di pasar modal Indonesia.
Apalagi, kata Destiawan, banyak investor yang tertarik terhadap saham Waskita Karya.
"Banyak pemintat terhadap saham Waskita. Karena melihat nilai yang ada saat itu masih dianggap rendah dengan penyehatan Waskita ini. Diharapkan kedepan Waskita menjadi lebih baik, dan tren kinerja keuanga Waskita yang semakin membaik ini juga menjadi dasar para investor mengambil saham," jelasnya.