Sikapi Kenaikan Harga BBM, Pelaku Industri Pariwisata Diminta Efisienkan Biaya Operasional
Seorang anak-anak yang merupakan wisatawan asing saat berjalan di salah satu hotel di KEK Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (Antara/Akhyar)

Bagikan:

JAKARTA - Para pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif diharapkan bisa melakukan efisiensi pada biaya operasional sebagai salah satu solusi yang bisa dilakukan dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kata pengamat.

"Bagi pelaku usaha hotel harus bisa menerapkan program green energy, yang ramah lingkungan untuk mengurangi biaya operasional," kata pengamat pariwisata Taufan Rahmadi dalam keterangan tertulisnya di Praya, Minggu.

Ia mengatakan, kenaikan harga BBM akan berdampak pada sektor pariwisata, sehingga para pelaku industri pariwisata pasti menyesuaikan kenaikan tarif kamar hotel, transportasi, bahan pokok dan jasa layanan wisata lainnya.

Selain itu, kenaikan harga BBM ini akan berdampak pada banyaknya wisatawan nusantara akan mengurangi dan menunda rencana liburan, serta jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia terancam berkurang.

"Kunjungan wisatawan akan berkurang, karena sewa hotel ikut naik dampak kenaikan BBM," katanya seperti dikutip Antara.

Belajar dari kenaikan harga BBM selama ini, bukan hanya travel dan maskapai penerbangan yang menaikkan harga, tetapi juga para supplier yang akan menaikkan harga, karena biaya transportasi yang meningkat.

"Semua pelaku wisata pasti akan melakukan penyesuaian tarif," katanya.

Meski demikian, ia menilai, kenaikan ini bersifat sesaat, karena baik di industri pariwisata maupun ekonomi kreatif seringkali terbukti cepat beradaptasi dan mempunyai solusi hingga dapat segera mengatasi dampak tersebut.

"Semoga para pelaku wisata bisa beradaptasi dengan kenaikan harga BBM ini. Seperti melakukan efisiensi dari biaya operasional," katanya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, solar bersubsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter; dan pertamax nonsubsidi dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.