Bagikan:

JAKARTA – PT Bank Mandiri Tbk. menilai langkah Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan 25 basis points menjadi 3,75 persen tidak akan berdampak signifikan terhadap laju intermediasi perbankan.

Sekretaris Perusahaan Rudi As Aturridha menyatakan, kredit perseroan tetap on track dan diharapkan bisa mencapai sasaran yang telah ditentukan untuk sepanjang tahun ini.

“Bank Mandiri tetap optimistis target pertumbuhan kredit sebesar 11 persen (year on year/yoy) hingga akhir 2022 dapat terealisasi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Jumat, 26 Agustus.

Menurut Rudi, sampai dengan akhir Juli 2022 total penyaluran kredit perseroan secara bank only berhasil tumbuh 11,38 persen yoy.

“Pertumbuhan tersebut ditopang oleh tren perbaikan dari seluruh segmen, khususnya segmen wholesale yang menjadi unggulan kami dengan pertumbuhan sebesar 10,8 persen secara yoy. Di samping itu, kredit di segmen ritel tumbuh 12,5 persen yoy,” tutur dia.

Rudi menambahkan, kenaikan BI rate terhadap bunga pinjaman maupun simpanan akan bergantung pada kondisi likuiditas masing-masing perbankan, termasuk perhitungan pada tren suku bunga di pasar.

Dia menjelaskan, sejak awal tahun lalu, suku bunga deposito rupiah Bank Mandiri telah turun 50-75 bps dari sebelumnya 3,00 persen pada Maret 2021 menjadi 2,25 persen sampai 2,50 persen pada Juli 2022.

“Demikian pula untuk suku bunga dasar kredit yang secara rata-rata untuk seluruh segmen telah turun 167 bps selama 2021 sampai 2022 dengan penurunan terbesar pada suku bunga dasar kredit untuk segmen konsumsi,” imbuhnya.

Adapun, saat ini tingkat likuiditas bank pelat merah ini masih berada pada level ample atau likuid yang tercermin dari posisi loan to deposit ratio (LDR) bank only Bank Mandiri per Juli 2022 di level 87,48 persen dengan didominasi oleh dana murah (CASA).

Tercatat per Juli 2022 total DPK Bank Mandiri telah mencapai Rp1.013,08 triliun, tumbuh 8,7 persen yoy.

Pertumbuhan tersebut antara lain disumbang oleh CASA yang tumbuh 11,8 yoy menjadi Rp768,09 triliun.