Bagikan:

JAKARTA - Analis Fundamental Kanaka Hita Solvera (KHS) Raditya Pradana mengatakan bahwa rencana pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) hari ini semestinya disertai dengan kebijakan level rate interest yang baru.

Menurut dia, penetapan suku bunga rendah yang telah berlaku sekitar dua tahun belakangan dinilai sudah tidak mencerminkan kondisi ekonomi saat ini.

“Menurut kami, BI seharusnya sudah memulai untuk menaikkan suku bunga,” tuturnya kepada VOI pada Selasa, 23 Agustus.

Raditya menyadari bahwa tingkat inflasi inti yang menjadi salah satu acuan penting dalam penetapan BI rate masih terkendali. Meski demikian, dia menganggap bahwa bank sentral perlu mempersiapkan langkah strategis dalam menghadapi potensi lonjakan inflasi tinggi terkait rumor kenaikan harga BBM bersubsidi.

“Kalau dibandingkan secara dunia memang inflasi Indonesia masih terkontrol. Namun yang perlu diperhatikan, apabila harga pertalite jadi naik ke level Rp10.000 per liter maka inflasi tahunan Indonesia akan meningkat signifikan," ujarnya.

Lebih lanjut, Raditya melihat jika setiap kenaikan BI rate pasti akan diiringi oleh dampak positif maupun dampak negatif. Hal ini tentu sudah dipertimbangkan secara masak oleh petinggi bank sentral apabila menempuh kebijakan mengrek tingkat suku bunga.

“Kalau suku bunga acuan naik ini bisa meredam inflasi tapi efek negatifnya adalah terjadi peningkatan beban biaya (cost of fund) bagi para debitur yang tentu bisa mengganggu proses pemulihan ekonomi,” tegas dia.

Seperti yang diketahui, pada siang ini Bank Indonesia bakal mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur. Salah satu materi yang ditunggu adalah terkait dengan penetapan rate interest yang kini bertengger di level 3,50 sejak 2020 yang lalu.