Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 mulai beranjak, mobilitas bergerak, maka kinerja emiten pun mulai melonjak. Demikian tema yang diangkat dalam "Emiten Talk", yang diselenggarakan di Monsieur Spoon Jakarta, Kamis 11 Agustus.

Dalam kesempatan ini Pemimpin Umum EmitenNews, Nicky Hogan mengatakan, pentingnya peran analis dan pers untuk terus meningkatkan pengetahuan dan informasi seputar pasar modal. Karena mengutip Dirut BEI, dalam sambutan HUT ke-45, dari 4 juta investor yang aktif hanya sekitar tidak sampai 10 persen.

"Masih banyak investor yang butuh knowledge dan informasi agar mereka bisa aktif," ujar Nicky ketika membuka Emiten Talk seri ke-2 tersebut.

Selain itu ia juga mengatakan acara ini menjadi momen yang bagus bagi media, analis, emiten dan pemangku kepentingan untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk menghadapi tantangan ke depan.

Hendrik Alexander Mboi, COO PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK) yang hadir dalam diskusi tersebut mengemukakan, salah satu keberkahan perusahaannya masih mampu bertahan di tegah situasi pandemi 2 tahun terakhir ini adalah hubungan yang sudah terlanjur baik selama ini dengan para stakeholder.

"Itulah sebabnya selama pandemi 2 tahun ini, Champ Resto tidak mengurangi karyawan atau memutus kontrak," ujar Alexander.

Hingga kini perusahaan yang menaungi merek resto "Gokana" dan "Racha" ini, telah mempekerjakan 6.000 orang dan mempunyai 300 outlet.

"Hubungan baik dengan para supplier maupun karyawan ini menjasi kata kunci, sehingga perusahaan sangat terbantu. Kami bisa bekerja sama dengan para supplier dan karyawan juga dengan kesadaran memiliki yang tinggi, mereka mampu melakukan efisiensi di semua lini, sehingga kami sama sekali tidak memecat karyawan”, kata Hendrik.

Senada dengan Hendrik, CFO PT Cisarua Mountain Dairy Tbk, Bharat Shah Joshi juga mengakui salah satu kunci daya tahan perusahaan yang memproduksi yogurt Cimory ini adalah hubungan yang baik dengan para supplier, kendati saat ini situasi juga belum pulih seperti yang ia harapkan.

Namun Bharat bersama dengan para direksi emiten lainnya tetap bertekad untuk tidak akan menaikan harga produk, kendati sejak perang Rusia dan Ukraina, mulai terasa adanya kenaikan harga-harga bahan baku.

"Kami para direksi berpikir jangka panjang. Kalau menaikkan harga produk ini kan solusi jangka pendek," kata Bharat.

Mereka lebih memilih memikirkan dampak jangka panjang di samping kondisi keuangan yang masih cukup terbantu dengan kondisi kas keuangan yang masih cukup bertahan. Selain itu perusahaan juga tetap optimis, mengingat angka konsumsi susu masyarakat Indonesia yang masih jauh di bawah Malaysia dan Singapura.

Berdasarkan catatan BPS, untuk tahun 2020, jumlah konsumsi masyarakat kita masih di angka 16,27 Kg per kapita per tahun. Sementara Malaysia, 36,20 per kapita per tahun dan Singapura 50 Kg per kapita per tahun.

Dalam kesempatan ini, Bharat juga menyampaikan rasa optimismenya menatap tantangan ke depan mengingat, skill dan kompetensi SDM perusahaannya yang tidak kalah dibanding dengan SDM-SDM perusahaan multinasional.

"Dulu mungkin SDM kita kalah jauh dengan multinasional. Tapi saat ini kami lihat mereka sudah jauh lebih mempunyai skill yang memadai dan mampu berpikir strategis dengan cepat. Hal ini kami buktikan kami mampu bertahan di tengah situasi sulit tapi mereka mampu dengan cepat mengambil keputusan di saat perusahaan multi nasional masih berpikir ulang," tuturnya.