Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan berada di atas 5 persen, demikian pula realisasi investasi yang diyakininya akan mampu mencapai target Rp1.200 triliun.

"Tadi saya baru selesai rapat kabinet dengan Presiden. Untuk 2022 kita optimis, insyaallah kita optimis untuk bisa mencapai target pertumbuhan di atas 5 persen untuk pertumbuhan ekonomi dan investasi Insyaallah tercapai Rp1.200 triliun," katanya dalam konferensi pers, dikutip dari Antara, Selasa 9 Agustus.

Menurut Bahlil, ekonomi Indonesia yang mencapai 5,44 persen yoy pada triwulan II 2022 tumbuh di luar dugaan, khususnya di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu.

Ekonomi Indonesia juga dinilai mampu tumbuh dibandingkan sejumlah negara mitra dagang. Sebut saja AS yang hanya tumbuh 1,6 persen, China dengan 0,4 persen, Korea Selatan tumbuh hanya 2,9 persen, India 4,1 persen, hingga Singapura yang hanya tumbuh 4,8 persen.

Di sisi lain, tingkat inflasi di dalam negeri juga mampu dijaga di level yang terkendali, yakni 4,35 persen pada Juni 2022 (yoy).

Menurut Bahlil, Indonesia mampu menjaga tingkat inflasi padahal banyak negara tengah kesulitan karena inflasi yang tinggi. Sebut saja AS yang inflasinya mencapai 7,6 persen, Inggris dengan 9,1 persen, Singapura 6,6 persen, Thailand 7,6 persen, bahkan inflasi Turki tercatat mencapai 78 persen.

"Kita alhamdulillah pada posisi tengah-tengah juga, masih bagus," ujarnya.

Bahlil mencatat, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44 persen pada triwulan II 2022 disokong oleh sektor konsumsi rumah tangga yang tumbuh sekitar 5,51 persen secara tahunan. Sedangkan pertumbuhan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 3,07 persen walaupun melambat dari triwulan sebelumnya.

"Saya kaitkan konsumsi rumah tangga ini dengan daya beli masyarakat. Yang saya tekankan adalah ada kepastian pendapatan dan lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan itu diciptakan oleh sektor swasta. Dan pemerintah hadir untuk menciptakan lapangan pekerjaan lewat sektor usaha, salah satu instrumennya adalah investasi," jelasnya.

Lebih lanjut, Bahlil menilai kinerja positif Indonesia ini harus bisa dijaga. Ia juga mengingatkan bahwa kinerja ekonomi yang baik itu harus dipertahankan dengan beberapa syarat yakni stabilitas politik, kekompakan dalam berkolaborasi, kecepatan kepastian hukum serta kolaborasi antara pengusaha besar, UMKM dan pengusaha daerah.

Ia pun menilai anggapan Indonesia akan masuk resesi masih sangat jauh.

"Resesi masih jauh sekali. Pertumbuhan ekonomi bagus di 5,44 persen, inflasi masih terkendali di 4,35 persen, surplus neraca perdagangan 15 miliar dolar AS, investasi kita tumbuh, dan konsumsi tumbuh," katanya.