Gawat! 250 Juta Jiwa dalam Ancaman Kemanusiaan, Komunitas C20 Desak Pemimpin Dunia Segera Atasi Krisis
Ilustrasi (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Civil 20 (C20) dari seluruh dunia berkumpul di Jakarta pada tengah pekan ini untuk menyuarakan penyelesaian gejolak politik, ekonomi dan sosial saat ini kepada para pemimpin G20.

Ketua C20 Indonesia Sugeng Bahagijo mengatakan, kondisi global saat ini tengah dihadapkan pada situasi krisis.

Menurut dia, krisis global multidimensi harus ditangani lebih cepat, lebih adil, dan berkelanjutan.

"Penting bagi para pemimpin G20 untuk menempatkan rakyat di atas politik, karena pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi tanpa kontribusi nyata dari suara rakyat, dan partisipasi aktif semua lapisan masyarakat termasuk perempuan dan penyandang disabilitas," ujarnya dalam keterangan resmi pada Jumat, 29 Juli.

Menurut dia, sekitar 71 juta orang telah jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem pada kuartal pertama periode 2022.

“Ada lebih dari 250 juta orang diperkirakan membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan pada akhir tahun,” tuturnya.

Sugeng menambahkan, G20 harus meningkatkan kuantitas dan kualitas pendanaan untuk krisis dan mengakui aktor non-negara sebagai aktor kemanusiaan.

Kata dia, sudah saatnya kepemimpinan beralih dari berbuat baik untuk diri sendiri menjadi berbuat baik untuk orang lain.

Sugeng pun mengungkapkan, G20 perlu melakukan upaya nyata untuk menyediakan dan berbagi sumber daya agar bisa mencegah dan menangani tekanan yang berlanjut.

Dia menyatakan, 2022 adalah tahun di mana jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan paling banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Jumlah tersebut masih terus bertambah dan dipicu oleh pandemi COVID-19, bencana alam, krisis iklim, ketidakadilan sosial ekonomi, konflik sosial politik, krisis pangan dan energi, inflasi, pemerintahan yang buruk dan lain-lain.

"Isu perubahan iklim juga menjadi salah satu pemicu terbesar dari eskalasi gejolak kemanusiaan global karena kemungkinan kita akan gagal memenuhi target Perjanjian Paris, yaitu membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius atau lebih rendah," tutup Sugeng.