Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan dari 60 juta jumlah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), mayoritas adalah perempuan.

Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan.

"Sebanyak 50 persen dari 60 juta pengusaha UMKM adalah perempuan. Saya mencatat bahwa perempuan dapat membangun generasi masa depan yang jauh lebih baik sehingga perempuan mampu berperan sebagai jembatan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa depan," katanya dalam keterangan resmi, Senin, 25 Juli.

Airlangga juga mengatakan Indonesia bekomitmen untuk menjembatani kesenjangan atau disparitas gender sebagai outreach group dalam Presidensi G20.

Karena itu, ia mengapresiasi ide yang disiapkan KTT W20 (Women 20) tahun ini.

"Ide yang disiapkan W20 tahun ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan berkelanjutan di tengah gelombang tantangan dunia," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komnas Perempuan Mariana Amiruddin mengungkapkan, peran dan kontribusi perempuan begitu besar dalam perekonomian Indonesia. Mereka berkontribusi baik sektor formal maupun informal.

"Setiap perempuan yang bekerja di sektor tersebut punya kontribusi nyata untuk perekonomian Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, banyak dukungan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, sehingga pengusaha perempuan di Indonesia semakin banyak dari tahun-tahun sebelumnya.

Mariana menambahkan, ekonomi rakyat yang menggerakkan perekonomian negara juga banyak diisi oleh perempuan.

Menurut dia, pemerintah perlu mendorong agar semua pihak bisa mendapat pemahaman yang sama terkait peran dan kontribusi perempuan dalam perekonomian.

"Perlu mendorong agar perempuan-perempuan yang bekerja itu didukung oleh keluarganya. Itu yang paling penting karena mereka punya beban ganda. Tidak hanya harus memikirkan kondisi rumah tangga, tapi juga harus mencari uang," katanya.

Mariana juga mengaprasiasi program pemerintah dalam mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan melalui alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Kartu Prakerja.

Namun, ia memberikan catatan agar program tersebut lebih bisa memberdayakan dan memperbesar peran perempuan.

"Itu memang cukup membantu tapi kita juga perlu memantau apakah program tersebut itu bisa diakses dan dijangkau dengan mudah oleh perempuan," tandasnya.

Pandemi COVID-19 Dorong Perempuan Berbisnis dari Rumah

Peneliti INDEF Nailul Huda mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 menjadi blessing in disquise bagi perempuan, di mana pola belanja masyarakat berubah dari offline ke online.

Kesempatan ini digunakan perempuan pelaku UMKM berdaya dari rumah, menggunakan gawai mereka, meski sederhana untuk mulai berbisnis.

Berdasarkan laporan dari UN Women Indonesia, 58 persen usaha mikro perempuan menggunakan internet, 42 persen tidak menggunakan internet, 68 persen usaha kecil perempuan menggunakan internet dan 32 persen tidak menggunakan internet.

Nailul mengatakan, ada gap penggunaan teknologi dan kepemilikan gawai antara laki-laki dan perempuan.

Menurut dia, akses internet di kaum perempuan jauh lebih rendah.

"Pertama akses internet di kaum perempuan lebih rendah dengan laki laki, kepemilikan gawai yang canggih, misalnya komputer, laptop, masih di laki-laki. Peluang dari perempuan muncul dari gawai yang lebih sederhana," kata Nailul.

Namun, Nailul mengatakan, perempuan hanya dengan sosial media dan juga aplikasi chat, bisa mulai berbisnis. Apalagi jika mereka sudah lebih melek teknologi dan masuk ke dunia e-commerce.