Garuda Indonesia Siapkan Konversi Obligasi Jadi Saham: Persentase Kepemilikan Pemerintah dan Trans Airways Milik Konglomerat Chairul Tanjung Bakal Tergerus
Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, private placement (PMTHMETD) dan konversi obligasi jadi saham. Ketiga aksi korporasi ini akan masuk dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 Agustus 2022 mendatang.

Dalam keterbukaan informasi perseroan, emiten berkode saham GIAA ini berencana untuk melakukan penambahan modal dengan memberikan HMETD kepada para pemegang saham Perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 225.585.894.911 lembar saham atau sebesar 871,44 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor perseroan pada saat keterbukaan informasi.

Kemudian, GIAA akan melakukan skema private placement. Manajemen Garuda menjelaskan bahwa salah satu skema restrukturisasi yang telah disetujui dalam rencana perdamaian adalah dengan melakukan konversi atas yang perseroan kepada kreditur yang berhak menerima ekuitas melalui PMTHMETD.

Setelah private placement selesai, selanjutnya Garuda Indonesia akan menerbitkan melaksanakan konversi obligasi jadi saham. Manajemen menjelaskan bahwa OWK sudah diterbitkan pada 2020 Rp1 triliun dari total nilai yang disetujui Rp8,5 triliun dengan tenor maksimum 7 tahun.

"Setelah melakukan HMETD dan OWK, maka struktur kepemilikan saham atas Garuda Indonesia akan berubah," tulis manajemen, dikutip Kamis, 7 Juni.

Kepemilikan saham setelah HMETD

Dalam rancangan penerbitan HMETD Garuda Indonesia, kepemilikan pemerintah seri B yan gsemula 15.670.777.620 saham atau persentase 60,54 persen, akan bertambah menjadi 165.670.777 lembar saham atau 65,88 persen.

Begitu juga dengan saham PT Trans Airways milik konglomerat Chairul Tanjung yang per 30 Juni tercatat sebesar 28,27 persen atau sebanyak 7.316.798.262 lembar akan meningkat menjadi 30,76 persen atau sebanyak 77.352.872.147 lembar saham.

Sedangkan saham masyarakat tercatat sebelum transaksi sebesar 11,19 persen atau setara 2.899.000.371 lembar saham. Namun setelah transaksi HMETD kepemilikan saham masyarakat tergerus menjadi 3,36 persen atau 8.448.821.397 lembar saham.

Kepemilikan saham setelah konversi OWK

Setelah transaksi HMETD dan konversi OWK, saham pemerintah seri B di Garuda Indonesia sebenarnya bertambah menjadi 185.670.777.620 lembar. Namun secara persentase akan berkurang menjadi 52,23 persen.

Sementara, saham milik PT Trans Airways tetap 77.352.872.147 namun persentasenya juga turun menjadi 21,76 persen.

Di sisi lain, saham masyarakat tercatat sebanyak 8.448.821.397 lembar atau 2,38 persen. Saham masyarakat ini turun dari sebelumnya 3,36 persen.

Dalam skema konversi OWK ini, ada kreditur yang berhak menerima ekuitas. Jumlahnya sebanyak 23,64 persen atau 84.028.360.000 lembar.

Struktur ini dengan catatan proforma kepemilikan saham setelah dilaksanakannya HMETD mengasumsikan partisipasi pemegang saham publik hanya sebesar 20 persen dari jumlah hak yang tersedia untuk kemudian diterbitkan menjadi saham biasa.

Persentase ini mewakili jumlah kepemilikan pemegang saham publik dengan kepemilikan lebih besar dari 0,25 persen dari modal disetor sebelum dilakukannya HMETD.