Bagikan:

JAKARTA - Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Arief Wibisono Lubis mengatakan, perayaan Iduladha tidak hanya sekadar ibadah, namun lebih dari itu, karena memiliki dampak ekonomi yang luar biasa.

"Jika dikelola lebih baik lagi, mampu menguatkan ekonomi masyarakat dan memberdayakan peternak. Apalagi, saat ini kesejahteraan para peternak rakyat masih relatif rendah," kata Arief Wibisono dalam keterangannya, dikutip dari Antara, Rabu 29 Juni.

Menurut dia meskipun ada wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak, potensi ekonomi kegiatan kurban tidak akan menurun tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Ini dikatakan Arief dalam seminar “Ekonomi Kurban Pasca Pandemi” di Ruang Auditorium Soeriaatmadja, Kampus FEB UI Depok,

Menurut data 2021 lalu, potensi moneter atau keuangan dari kegiatan kurban di Indonesia mencapai Rp18,2 triliun rupiah dari total 2,2 juta pekurban.

Senada dengan hal tersebut, Deputi I Bidang Pengumpulan Baznas RI, Arifin Purwakananta menyampaikan, pada momentum kurban setiap tahunnya, Baznas selalu menggaungkan gagasan utama pemerataan agar masyarakat di daerah pedesaan, pesisir, hingga perbatasan dapat menikmati daging kurban hasil sembelih dari wilayah perkotaan yang terbilang surplus.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan, Baznas turut mendorong modernisasi dalam berkurban dengan menggencarkan “Kurban Online Baznas” sejak 2016 lalu. Terlebih, inovasi ini begitu relevan di masa pandemi.

Selain itu, Baznas turut menjamin keamanan hewan kurban, baik dengan pendampingan ketat maupun pencegahan penularan, di seluruh Balai Ternak binaan Baznas dari penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sedang mewabah.

"Baznas rutin memberikan edukasi pencegahan PMK kepada peternak mustahik sehingga mereka tidak panic selling dan turut melakukan pencegahan dini PMK," kata Arifin.

Berdasarkan data Baznas dan Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI (2018), setiap tahun ada perputaran dana sebesar 69,9 triliun rupiah atau setara 3,8 persen APBN 2022 selama pelaksanaan kurban.

Kepala PEBS FEB UI Rahmatina Awaliah Kasri mengatakan berkurban sebaiknya tidak hanya sekadar rutinitas untuk aspek spiritual umat Islam. Namun, harus berdampak pada peningkatan ekonomi bagi peternak hewan dan perbaikan gizi bagi masyarakat penerima.

"Tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia masih jauh di bawah negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Kini kondisi pasca pandemi sudah semakin baik. Dengan suplai yang semakin banyak, tentu kita harap harganya lebih terjangkau, peternak menjualnya dengan harga yang layak, sekitar 20 persen dari harga normal," katanya.

Jadi lanjut dia peternak, pemasok, penyembelih (jagal) yang bekerja di rumah potong dan stakeholder lainnya ikut merasakan peningkatan kesejahteraan ekonomi dari pelaksanaan kurban.