JAKARTA - Pengamat pasar modal mencermati adanya kemungkinan pihak-pihak yang melakukan perdagangan semu pada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, atau dikenal dengan istilah "goreng saham", untuk mengkerek harga di tengah ramainya pembahasan potensi rugi anak perusahaan BUMN yang menyuntikkan dana ke Gojek.
Dugaan ini timbul setelah harga saham GoTo sempat naik 100 persen lebih dalam periode satu bulan sampai tanggal 14 Juni. Di saat yang sama nilai perdagangan harian saham GoTo tercatat sangat tinggi, sampai pernah mencapai 1/6 (seperenam) dari total nilai transaksi keseluruhan 750 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Keterangan bagan di atas: harga saham GoTo naik sebesar 106,19 persen menjadi Rp400 per lembar dalam waktu satu bulan sampai 14 Juni 2022. Dalam transaksi semu, pembeli dan penjual saham adalah pihak yang sama atau tidak ada perpindahan saham.
Sedangkan perdagangan normal, dapat dibuktikan bahwa investor (nasabah perusahaan sekuritas) yang bertransaksi tidak sama. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berwenang menyelidiki jika ada dugaan transaksi semu.
Tidak ada perbaikan fundamental signifikan yang mendasari kenaikan saham GoTo yang begitu besarnya, menurut Chandra Pasaribu, head of research Yuanta Sekuritas.
"Saat harga GoTo tertekan sampai di bawah Rp200, lalu naik sampai sempat lewat Rp400, secara fundamental berubah tidak?" ujar Chandra dalam obrolan bersama beberapa wartawan pada hari Sabtu 18 Juni lalu.
"Looks like it, kalo kita mau jujur," tambah Chandra saat ditanya apakah saham GoTo mengalami transaksi semu.
Walaupun begitu Chandra menekankan bahwa secara jangka Panjang GoTo memiliki prospek bisnis yang bagus, dan seberapa bagusnya tergantung bagaimana manajemen dapat meningkatkan monetasi yang dapat dilakukan dari pendapatan perusahaan yang besar, walaupun sekarang ini perusahaan masih merugi.
Harga saham GoTo menyentuh titik terendahnya di Rp 194 per lembar pada tanggal 13 Mei 2022, atau merosot 43 persen dari harga IPO di Rp338 per lembar.
Sementara itu, di bulan yang sama BUMN PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk melaporkan adanya kerugian belum terealisasi (unrealized loss) yang besarnya mencapai Rp881 miliar, dalam laporan keuangan kuartal I 2022, yang disebabkan oleh investasi pada saham GoTo melalui anak perusahaannya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
BACA JUGA:
Tudingan adanya konflik kepentingan muncul, berbagai pihak mempertanyakan apakah investasi Telkom melalui anak usahanya benar-benar berdasarkan pertimbangan bisnis murni. Garibaldi Thohir, yang menjabat sebagai Komisaris Utama Gojek maupun GoTo, memiliki hubungan kakak dan adik dengan Menteri BUMN Erick Thohir.
Ketua Umum Gerakan Transformasi Indonesia (GET One) Lukman Edy mengatakan tudingan tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
"Semua ini kan sengaja digoreng oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mengaitkan ke politik. Padahal ini semua murni bisnis," Lukman mengatakan dalam keterangannya tanggal 20 Mei.
Pada November 2020, Telkomsel menyuntikkan dana ke Gojek sebesar 150 juta dolar AS atau sekitar Rp2,1 triliun pada kurs saat itu. Kemudian, pada Mei 2021, operator telekomunikasi ini kembali menanamkan dana investasi sebesar 300 juta dolar AS atau sekitar Rp4,2 triliun, dan di bulan yang sama Gojek mengumumkan merger dengan Tokopedia. Mereka menamakan diri GoTo, yang kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia pada 11 April 2022.
"Harga saham GoTo mulai rebound dari keterpurukan saat isu kerugian BUMN Telkom merebak menjadi isu politik yang panas. Untuk mengurangi tekanan ini, harga saham GoTo harus naik,” ungkap John Rahmat, mantan head of research sekuritas BUMN lulusan London Business School yang berpindah karir menjadi manajer investasi.
"Ini hanya hasil obesrvasi pribadi saya. Tidak ada bukti untuk mendasari opini saya ini," tambah John memberikan disclaimer atas pandangannya pada komentar Facebooknya.
Kecurigaan pengamat pasar modal atas kemungkinan transaksi semu dikuatkan oleh data nilai transaksi harian saham GoTo yang konsisten sangat tinggi.