Mau Produksi Vaksin BUMN Bulan Depan, Bio Farma Tunggu Kabar Baik dari EUA
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara/Shutterstock)

Bagikan:

JAKARTA - PT Bio Farma (Persero) resmi mengumumkan uji klinis fase ketiga atau tahap akhir untuk vaksin COVID-19 karya anak bangsa yang diberi nama Vaksin BUMN. Pada uji klinis tersebut vaksin akan disuntikan kepada 4.050 subjek dengan batasan usia 18 tahun sampai dengan 70 tahun.

Lalu, kapan vaksin buatan dalam negeri ini dapat digunakan?

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan setelah masuk uji klinis fase ketiga, apabila berjalan dengan lancar dan mendapatkan emergency use authorization (EUA), maka Bio Farma akan memproduksi vaksin tersebut bulan depan.

"Sekarang masuk tahap ketiga. Target kita Juli, Insyaallah kalai EUA keluar kita akan produksi," katanya dikutip Jumat, 10 Juni.

Lebih lanjut, Honesti juga mengatakan pihaknya sudah menyiapkan kapasitas produksi yang cukup besar. "Untuk Vaksin BUMN ini kami telah menyiapkan kapasitas 120 juta dosis per tahun," jelasnya.

Honesti menekankan Bio Farma akan menjadikan Vaksin BUMN sebagai booster untuk kalangan dewasa dan anak mengingat cakupan vaksin di Indonesia saat ini sudah sangat besar.

Buka peluang ekspor Vaksin BUMN

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan ke depannya, setelah memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, bukan tidak mungkin Indonesia ekspor vaksin untuk negara lain yang membutuhkan.

Di beberapa negara di dunia, Erick sampaikan, ketersediaan vaksin masih jadi kendala. Rasio vaksin di lebih dari 30 negara hingga saat ini masih kurang dari sepuluh persen. Bagi Erick, produksi vaksin BUMN tak hanya memperkuat ketahanan kesehatan nasional, melainkan juga membangun kekuatan diplomasi luar negeri dan peningkatan ekspor.

"Karena itu, kita berharap uji klinis fase 3 berjalan lancar dan segera memperoleh EUA dari BPOM. Selain itu, kita masih perlu melanjutkan prosesnya untuk memperoleh EUL dari WHO," ucap Erick.

Erick juga optimistis Indonesia bisa memproduksi massal vaksin COVID-19. Menurut Erick, krisis pengadaan vaksin di awal pandemi mengharuskan Indonesia merefleksi kembali kekuatan di sektor kesehatan dan bioteknologi. Hal ini merupakan isu multi dimensi yang juga berpengaruh pada ketahanan nasional.

Untuk itu, ucap Erick, BUMN sangat serius membangun basis bioteknologi yang mutakhir demi menunjang sistem kesehatan nasional dan mencegah kembali terjadinya pandemi.

"Kita tidak ingin Indonesia menjadi fakir dalam sains dan teknologi kesehatan modern. Perang melawan pandemi, memberikan kita banyak pelajaran berharga, yang paling utama, jangan sampai nasib ketahanan kesehatan kita bergantung pada bangsa lain," katanya.