OJK: Literasi Keuangan di Kalbar Baru Capai 36,48 Persen
Otoritas Jasa Keuangan. (Foto: Antara)

Bagikan:

PONTIANAK - Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalbar, Maulana Yasin mengatakan, berdasarkan survei tingkat literasi keuangan di daerah tersebut baru mencapai 36,48 persen.

Hal ini masih di bawah nasional yang mencapai 38,03 persen.

"Data yang ada tersebut menandakan bahwa dari setiap 100 penduduk di wilayah Kalbar, hanya terdapat 36 orang yang paham mengenai keuangan. Nah, hal itu tentu terus menjadi perhatian kita bersama," ujar Maulana Yasin dikutip dari Antara, Rabu 25 Mei.

Maulana Yasin menambahkan, untuk tingkat inklusi terhadap keuangan di Kalbar lebih baik yakni mencapai 75,33 persen, dan di bawah nasional yang sebesar 76,19 persen.

"Dari 100 penduduk di Kalbar sudah 75 orang yang menggunakan produk serta layanan keuangan. Angka tersebut sudah cukup baik meskipun literasi belum mendukung," jelas dia.

Menurutnya, ketimpangan yang terjadi antara indeks literasi dengan indeks inklusi keuangan menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang sudah menggunakan produk atau layanan jasa keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan yang cukup dalam menggunakan produk dan layanan jasa keuangan.

Ketidaktahuan tersebut, lanjutnya, adalah mengenai baik soal fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan layanan jasa keuangan, serta keterampilan, sikap, maupun perilaku yang benar.

"Situasi tersebut tentunya belum ideal karena penggunaan produk atau layanan jasa keuangan tanpa diimbangi oleh pengetahuan yang cukup akan berdampak pada kerentanan terjebak pada tawaran investasi ilegal maupun pinjaman online ilegal. Kemudian ada tingkat pengaduan yang tinggi karena tidak memahami dengan baik produk keuangan yang digunakan bahkan berisiko menggunakan produk keuangan yang tidak sesuai dengan tujuan keuangannya," jelas Maulana Yasin.

Ia menyebutkan, berdasarkan sensus penduduk tahun 2020, terdapat 27,94 persen penduduk Indonesia yang masuk kelompok milenial (Gen Z).

Seluruh Gen Z akan pada tujuh tahun ke depan berada pada kelompok usia produktif sehingga menjadi peluang dan tantangan bagi Pemerintah Indonesia dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan data hasil survei Gen Z memiliki tingkat literasi keuangan yang sudah cukup baik, yaitu berada di level 44,04 persen, di atas rata-rata tingkat literasi keuangan nasional yang saat ini berada pada level 38,03 persen.

"Hal yang menggembirakan juga adalah semangat generasi muda untuk menggunakan produk atau layanan jasa keuangan tergambarkan pada tingkat inklusi keuangan yang mencapai 82,06 persen, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat inklusi keuangan nasional sebesar 76,19 persen," ujarnya.

"Gen Z memiliki peran yang besar dalam meningkatkan inklusi keuangan dan memberikan pengaruh pada pembangunan bangsa ini ke depannya. Oleh karena itu, kita perlu membekali para Gen Z dengan literasi keuangan yang baik mengingat produk maupun layanan jasa keuangan tidak dapat lepas dalam mendukung aktivitas kita sehari-hari," katanya.

Dengan potret yang ada juga, masih adanya ruang bagi upaya peningkatan pemahaman masyarakat tentang produk atau layanan jasa keuangan di Indonesia.

Oleh karena itu, edukasi keuangan harus diakselerasi melalui berbagai bauran kebijakan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan aliansi strategis bersama berbagai pemangku kepentingan.

"Kami terus gencar mengedukasi keuangan agar tingkat literasi dan inklusi semakin baik. Kemudian terus berharap dukungan pemerintah daerah dan pelaku industri keuangan itu sendiri agar indeks literasi dan inklusi keuangan semakin baik," pungkasnya.