Mentan Syahrul Sebut Wabah PMK Telah Menyebar di 16 Provinsi dan Jangkiti 20.723 Ekor Hewan Ternak
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan saat ini wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sudah menyebar ke 16 provinsi, 82 kabupaten/kota dan telah menjangkiti 20.723 ekor hewan ternak. Sementara yang sembuh 6.898 atau 33,92 persen dari total populasi yang sakit.

"Memang ada 82 kabupaten, tetapi dari apa yang ada di sini, kalau kita lihat yang sakit ada 20.000 dari yang kalau kita lihat tingkat provinsi 16 dari 13 juta (populasi ternak) yang sakit cuma 20.000," tuturnya dalam Raker dengan Komisi IV DPR, Senin, 23 Mei.

Rinciannya dari 16 provinsi ada 13.841.258 ekor ternak. Jumlah ternak yang terdampak 5,45 juta ekor per 22 Mei 2022, dan total populasi ternak yang sakit 20.723 ekor (0,38 persen dari total populasi kabupaten terdampak 5,45 juta ekor). Ternak yang sembuh 6.898 atau atau 33,92 persen dari total populasi yang sakit.

Adapun 16 provinsi yang dimaksud adalah Aceh, Bangka Belitung, Banten, DIY, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.

"Dari 20.000 (ternak sakit) yang dipotong paksa 162 ekor. Potong paksa di sini sesuai rekomendasi klinik kesehatan yang menjustifikasi sepanjang jeroannya tidak dan sekitar mulut katakan lah mukanya tidak, yang kena langsung di kakinya tidak, maka layak dikonsumsi," jelasnya.

Sementara untuk ternak yang mati karena terkena virus PMK sebanyak 142 ekor. Mentan Syahrul mengakui bahwa hal tersebut karena keterlambatan intervensi pada saat awal wabah tersebut masuk ke Indonesia pada.

"Kalau kita lihat dari data yang ada mati langsung itu memang juga jumlahnya tidak terlalu banyak 142 itu yang mati. Itu dari dari awal-awal intervensi yang terlambat kita lakukan di 16 provinsi," katanya.

Mentan Syahrul mengatakan penularan PMK cukup cepat, yakni melalui udara atau airbone. Karena itu, Kementerian Pertanian menetapkan siaga 1 terkait persoalan ini.

"Tidak ada kami menganggap enteng ini atau remeh-remeh saja, tidak. Kami sangat serius di lapangan dan kita udah enggak bisa tidur, bahkan kami tetapkan siaga 1," ujarnya.