Bagikan:

JAKARTA - Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap menjadi salah satu perhatian pemerintah guna mendorong target bauran energi baru terbarukan (EBT).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan kapasitas terpasang PLTS atap mencapai 3,6 gigawatt (GW) di tahun 2025.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, langkah PLN dalam menggenjot pengembangan pembangkit EBT khususnya PLTS patut diapresiasi. Namun, ia mengaku pesimis target tersebut bisa tercapai.

"Dengan kondisi PLN yang masih kelebihan pasok (over supply) saat ini saya agak pesimis target tersebut bisa tercapai," ujar Mamit kepada VOI, Jumat 13 Mei.

Terlebih, kata dia, sejak diberlakukan Agustus 2021, pelaksanaan Peraturan Menteri ESDM No 26/2021 tentang PLTS Atap hingga kini belum juga dijalankan.

"Karena PLN dan pemerintah saat ini harus menanggung beban over suplai listrik dari pembangkit-pembangkit yang sudah ada di Indonesia dan tengah berupaya agar over supply ini bisa terserap oleh pasar di tengah ekonomi kita yang baru bangkit pasca pandemi," imbuh Mamit.

Ia menambahkan, jika kelebihan pasok tidak bisa terserap secara optimal, maka PLTS akan memaksa sistem PLN sehingga bisa berdampak terhadap operasional PLN ke depannya.

"Saya kira kita perlu berhati-hati juga dalam mengejar target PLTS Atap ini. Jangan sampai nantinya akan berdampak terhadap semuanya termasuk kepada pemerintah karena adanya kenaikan beban subsidi yang berasal dari EBT," kata Mamit.

Mamit juga medorong pemerintah untuk mengembangkan pembangkit listrik EBT lainnya karena sifat PLTS Atap yang masih intermitten karena bergantung pada sinar matahari dan tidak bisa digunakan sepanjang hari

"Saya kira sumber EBT kita masih sangat besar selain PLTS.Ada geothermal, ada PLTA yang bisa menjadi peaker karena tidak bersifat intermitten. Untuk yang lain semua EBT masih intermiten sampai ditemukan batrai yang tahan lama dengan kapasitas besar," pungkas Mamit.

Untuk informasi, kapasitas terpasang PLTS Atap hingga Desember 2021 tercatat baru sebesar 48,79 MW dengan jumlah pelanggan sebesar 4.794 tersebar di seluruh Indonesia.