Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tidak ada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru demi mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, pemerintah mengurangi pemakaian energi berbahan bakar fosil, dan mulai mendorong pembangunan pembangkit listrik yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan.

Selain itu, kata Ego, pemerintah akan terus mengembangkan EBT secara masif meliputi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Pembangkit Listrik Tenaga Hidro, dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.

"Untuk energi laut, selat di Indonesia sangat bagus potensinya, kemudian untuk pembangkit listrik tenaga air atau hidro sudah ada di Kalimantan Utara dan Meembramo di Papua. Sementara untuk tenaga angin sudah ada pilot project di Sulawesi," kata Ego dalam acara Green Economy Indonesia Summit 2022 yang dipantau di Jakarta, Rabu 11 Mei.

Selain pembangunan yang masif, hal ini juga dibarengi dengan pengurangan pemanfaatan energi fosil dengan tidak adanya penambahan PLTU baru kecuali yang sudah berkontrak atau sedang dalam proses konstruksi.

Hal ini tertuang dalam peta jalan transisi energi menuju netral karbon yang sudah dicanangkan di dalam COP-26 di Glasgow, UK.

"Kami berusaha mencapai netral karbon pada tahun 2060 atau lebih cepat," imbuh Ego.

Untuk itu, pemerintah sudah mulai membangun PLTS atap sebesar 3,6 gigawatt dengan potensi peningkatan bauran 0,8 persen dan akan mempensiunkan PLTU secara bertahap hingga berhenti total pada tahun 2060.

"Fokus kita dalam roadmap ini adalah mempensiunkan PLTU secara bertahap. Yang sekarang kita lakukan adalah melakukan konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke EBT," bebernya.

Ia merinci, secara total Indonesia memiliki 2300 PLTD yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang sudah mulai dikonversikan menjadi EBT dengan transisi ke penggunaan gas.