JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara yang masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 akan tetap dilanjutkan.
Sebelumnya, pemerintah baru saja mengesahkan Perpres 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik pada 13 September 2022.
Adapun Perpres tersebut mengatur sejumlah ketentuan seperti harga pembelian tenaga listrik energi terbarukan oleh PLN, larangan pengembangan PLTU, hingga percepatan pengakhiran waktu operasi PLTU.
Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menyebut, pembangunan PLTU dalam RUPTL tersebut adalah untuk memastikan ketersediaan pasokan listrik dalam negeri.
"PLTU yang sekarang sudah beroperasi dan sedang dibangun yang masuk dalam RUPTL akan dipastikan terus dibangun karena kita butuh untuk penyediaan listrik dalam negeri," ujar Dadan di Jakarta, Senin, 19 September.
Ia menambahkan, PLTU yang ada di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi PLN namun juga untuk kebutuhan industri.
Selain itu, pihaknya juga akan melanjutkan pembangunan PLTU Batu Bara sebagai tindaklanjut dari megaproyek 35.000 megawatt (MW) hingga 2028 mendatang.
“Pembangunan 35.000 MW yang diluncurkan di awal 2015 itu masih proses konstruksi 11,3 GW, yang belum 2,5 GW dan itu yang terus kita pantau, yang belum konstruksi sedang dilihat apakah dilanjutkan atau tidak,” lanjutnya.
Asal tahu saja Pemerintah menerbitkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 dengan memperbesar porsi pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).
BACA JUGA:
Target bauran EBT dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) adalah 23 persen pada tahun 2025.
Sementara itu, jumlah PLTU dalam RUPTL 2021-2030 ini mencapai 34 persen dari total pembangkit listrik yang akan dibangun hingga 2030 sebesar 40,6 GW.
Sementara porsi pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang akan dibangun selama 2021-2030 berdasarkan RUPTL 2021-2030 mencapai 20,9 GW atau sekitar 51,6 persen dari total tambahan pembangkit listrik baru nantinya.