Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan peternakan milik konglomerat Handojo Santosa, PT Japfa Comfeed Tbk mencatatkan kinerja yang cemerlang di 2021. Emiten berkode saham JPFA ini membukukan laba bersih sebesar Rp2,02 triliun pada 2021, meroket 120,6 persen dari perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 916,71 miliar.

Dalam laporan keuangan JPFA, dikutip Rabu 6 April, kinerja cemerlang JPFA ini mayoritas ditopang oleh penjualan komersial. Penjualan bersih Japfa melonjak 21,40 persen, dari sebelumnya Rp36,94 triliun menjadi Rp44,87 triliun pada 2021.

Segmen penjualan komersial menjadi kontributor terbesar dengan perolehan Rp17,60 triliun, diikuti oleh segmen pakan ternak dengan perolehan mencapai Rp13,92 triliun.

Kemudian, segmen pengolahan hasil peternakan dan poultry processing produk konsumen berkontribusi sebesar Rp6,29 triliun dari sebelumnya Rp5,22 triliun. Selanjutnya, segmen budidaya perairan sebesar Rp3,94 triliun, pembibitan unggas sebesar Rp2,66 triliun, serta perolehan segmen perdagangan dan lain-lain sebesar Rp2,02 triliun.

Sementara itu, dari sisi segmen pasar, penjualan Japfa ke pasar domestik pada 2021 mencapai Rp44,25 triliun atau naik 21,48 persen dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp36,42 triliun. Lalu, penjualan ekspor naik 16,11% dari sebelumnya Rp 536,80 miliar menjadi Rp 623,30 miliar.

Perseroan juga mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan sebesar 24,8 persen menjadi Rp 36,86 triliun dari sebelumnya Rp 29,53 triliun. Adapun, kenaikan signifikan terlihat pada beban bahan baku yang digunakan menjadi Rp32,09 triliun atau naik 29,93 persen dari Rp24,69 triliun.

Dalam materi paparan publik yang dirilis perseroan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang 2021, perseroan menghadapi tantangan berupa membanjirnya DOC di pasar, di antaranya karena menurunnya daya beli dan pemberlakuan PPKM oleh pemerintah.

Meskipun harga live bird pada kuartal pertama dan kuartal kedua cukup baik, namun seiring dengan meningkatnya kasus COVID-19 menyebabkan permintaan ayam turun drastis pada kuartal ketiga. Hal ini menyebabkan harga live bird kembali tertekan.

"Situasi membaik pada kuartal keempat, ditunjukkan dengan adanya indikasi peningkatan kembali harga live bird," tulis manajemen JPFA dalam keterbukaan informasi.

Selain itu, perseroan juga menghadapi tantangan dengan ketersediaan dan kenaikan hampir semua harga bahan baku, terutama bungkil kedelai dan jagung. Sementara, kenaikan harga bahan baku yang sangat signifikan tersebut tidak bisa sepenuhnya dibebankan pada kenaikan harga pakan, karena kondisi peternakan yang sedang mengalami kerugian dan masih lemahnya daya beli masyarakat.

Untuk tahun ini, perseroan akan terus memperkuat bisnis hilirnya melalui pengembangan bisnis pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen, serta mendorong pertumbuhan penjualan ritel ke konsumen melalui outlet ritel yang dimiliki Perseroan baik secara offline maupun online.