JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa masalah pangan di Indonesia tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja. Salah satunya terkait kebutuhan pasokan sapi untuk di dalam negeri yang saat ini sangat mengkhawatirkan. Sebab, Indonesia sangat mengandalkan impor dari negara lain.
"Tetapi kalau kita lihat bagaimana kebutuhan sapi di Indonesia itu kan sebenarnya sangat mengkhawatirkan. Kebutuhan daging kita itu 96 persen impor, 4 persen hanya ada di para peternak," ujarnya saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasanudin Makassar, Rabu, 30 Maret.
Menurut Erick, ada faktor pendorong yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah program pemerintah yang selalu memberikan sapi-sapi ke masyarakat. Namun, tidak punya kesepakatan kapan sapi tersebut harus dipotong.
"Jadi kadang-kadang ketika harganya baik, sapi betina pun dipotong. Akhirnya kehilangan tentu untuk mengembangbiakkan," ucapnya.
Karena itu, menurut Erick, cara mendisplikannya adalah dengan mewadahi para peternak tersebut dalam sebuah koperasi. Sehingga, kata Erick, mereka punya tanggung jawab terhadap sapi-sapi yang diberikan pemerintah.
"Supaya para peternak ini punya tanggung jawab satu dan lainnya, tidak individu. Tidak bisa mengambil kebijakan secara individu, karena kalau tidak akhirnya semua motong. Jadi ketika berapapun angka yang dimasukkan ketika pangan naik, ya dipotong semua. Akhirnya kita impor lagi," jelasnya.
Opsi beli peternakan di luar negeri
Menurut Erick, opsi lain yang sempat dirinya usulkan adalah membeli peternakan di luar negeri. Erick mengatakan dengan membeli peternakan setidaknya uang yang dikeluarkan pemerintah akan kembali masuk ke kas negara.
BACA JUGA:
"Di situ lah sempat kontroversi ketika saya bicara ya udah kita beli saja peternakan sapi di luar negeri. Itu bukan tidak lain maksudnya kita ingin ke barat-baratan tetapi itu memang sebuah realita kita impor sapi. Daripada kita hanya impor kalau kita punya kepemilikan peternakan sapi di luar negeri paling tidak uangnya balik kembali ke kita. Toh memang masih impor," katanya.
Meski begitu, Erick menekankan dengan membeli peternakan di luar negeri bukan berarti Indonesia hanya melakukan investasi. Tetapi, menurut dia, tetap harus mengembangkan ekosistem peternakan di dalam negeri.
"Tetapi bukan berarti kita hanya berinvestasi, tetapi kita terus mengembangkan daripada ekosistem peternakan di Indonesia. Jadi ketika kedua belah pihak ini bertemu akan ada titik ekuilibrium bersama gitu," tuturnya.