Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung kenaikan harga minyak mentah dunia yang naik menjadi 118 dolar AS per barel. Akibatnya, harga bahan bakar minyak (BBM) di negara yang tidak memberi subsidi naik hingga dua kali lipat atau 100 persen.

Namun Indonesia masih mempertahankan harga untuk BBM yang disubsidi. Artinya, harga BBM tidak terkoreksi meskipun harga minyak mentah dunia melonjaknya.

"Negara-negara yang tidak mensubsidi BBM-nya naik langsung dua lipat. Bayangkan kita naik 10 persen saja demonya tiga bulan. Ini naik dua kali lipat artinya 100 persen naik," katanya dalam pengarahan tentang aksi afirmasi bangga buatan Indonesia yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat, 25 Maret.

Sekadar informasi, Indonesia sebagai pengimpor minyak mentah dunia tiap tahun harus mensubsidi harga jualnya ke masyarakat. Sepanjang 2021, subsidi energi mencapai Rp131,5 triliun. Melonjak dari 2020 yang sebesar Rp110,5 triliun.

Sementara pada tahun ini, subsidi energi di bulan pertama sudah tembus Rp10,2 triliun atau melonjak 347,2 persen dari Januari 2021.

Lebih lanjut, Jokowi juga menyinggung harga kebutuhan lain yang ikut-ikutan naik seperti gas dan pangan. Hal tersebut terjadi karena kelangkaan energi yang diperparah dengan adanya perang Rusia-Ukraina.

"Gas naik, harga pangan naik, termasuk yang terseret harga kedelai misalnya, harga gandum misalnya karena pensuplai gandum dunia Ukraina, Rusia, Belarusia. Semuanya, lari ke mana-mana kelangaan energi, kelangkaan pangan, kelangkaan kontainer," tuturnya.

Seperti diketahui, Rusia memang menjadi salah satu negara dengan ekspor minyak mentah terbesar di dunia atau tercatat ekspor minyak mentah dari Rusia mencapai sekitar lima sampai tujuh juta barel atau 12 persen ekspor ke seluruh dunia.

Sementara itu, Indonesia menggantungkan impor gandum dari Ukraina sekitar 26,8 persen. Sedangkan negara pengekspor terbesar gandum ke Indonesia adalah Australia.