Bagikan:

JAKARTA - Sudah menjadi rahasia umum jika regulasi dan payung hukum selalu ketinggalan dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini. Dalam industri jasa keuangan, indikasi ini dapat terlihat dengan jelas dari kasus trading ilegal berbentuk binary option.

Melalui platform “tebak-tebakan” tersebut, mencuat dua nama yang paling menyita perhatian publik: Indra Kenz dengan Binomo dan Doni Salmanan dengan Quotex.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku lembaga yang mengawasi dan melindungi sektor finansial di Tanah Air, sampai-sampai mengidentifikasikan binary option sebagai judi online karena menganggap tidak ada aktivitas perdagangan dalam “trading” tersebut.

Terlepas dari hal itu, penting bagi khalayak untuk bisa mengerti bagaimana cara mengelola keuangan secara benar. Jika punya bujet lebih, tidak ada salahnya dana tersebut diputar untuk kegiatan produktif seperti investasi.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana memulai investasi yang aman dan menguntungkan di tengah gempuran produk keuangan yang semakin beragam? Berikut redaksi rangkumkan untuk pembaca.

1. Pemilihan instrumen

Bisa dibilang pemilihan instrumen maupun platform adalah langkah paling dasar dan sangat menentukan hasil di kemudian hari. Pasalnya, untuk menentukan instrumen apa yang dipilih maka diperlukan penelusuran lebih lanjut agar bisa menemukan skema yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Banyak membaca dan menggali informasi adalah hal terpenting. Jangan sampai salah memilih platform hanya karena mengikuti pilihan orang lain. Pemilihan instrumen biasanya didasarkan pada tiga karakter, yaitu konservatif untuk investasi yang stabil, moderat untuk fluktuasi dan perubahan harga yang dianggap masih wajar, serta agresif dengan tipikal high risk high return.

2. Mulai dari yang kecil

Memulai dari hal yang paling kecil memang terlihat mudah dan gampang. Namun, banyak diantara masyarakat yang malah memulai investasi secara besar-besaran. Padahal, dengan menjalani dari risiko terkecil maka kita akan mengetahui bagaimana alur dan juga pola dari investasi tersebut.

Jika dirasa sudah mengerti dan paham, maka tidak ada salahnya meningkatkan penempatan dana mengingat kita telah paham betul atas risiko yang akan dihadapi.

3. Jangan berlebihan

Ingat, investasi adalah investasi. Hal ini bukan merupakan tujuan pokok dari pengelolaan keuangan. Investasi yang bersifat berlebihan apalagi sampai mengabaikan kebutuhan primer bisa dipastikan sudah tidak sehat.

Investasi seharusnya menjadi bagian dari perencanaan keuangan yang mendatangkan keuntungan bukan sebaliknya. Sangat disarankan untuk menghindari utang dalam memenuhi hasrat berinvestasi karena hanya akan menghadirkan beban sebelum cuan datang.

4. Kelola risiko

Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya jika investasi yang berpeluang memunculkan keuntungan besar pasti disertai dengan risiko yang tidak sedikit alias high risk high return. Mengetahui batasan diri sendiri adalah sebuah hal yang sangat penting disini.

Ingat tidak satupun instrumen investasi di dunia ini yang 100 persen aman dari risiko. Bahkan, Surat Berharga Negara (SBN) sekali pun bisa menimbulkan dampak gagal bayar atau default. Contoh ini tercermin dari kasus Argentina yang pemerintahnya menyatakan tidak mampu untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang.

Atau, jika ingin gambaran konkrit di dalam negeri dapat merujuk pada kasus Jiwasraya dan Asabri yang keduanya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tetapi pada kenyataannya mempunyai tunggakan besar kepada nasabah.

5. Legal!

Mungkin aspek legalitas menjadi hal yang paling sering dilupakan oleh masyarakat dalam berinvestasi. Untuk itu, pilihlah lembaga jasa keuangan yang berbadan hukum tetap dan berstatus resmi dari pemerintah, OJK, maupun regulator lainnya.

Ini merupakan syarat wajib guna memastikan negara hadir dalam memberikan perlindungan konsumen dan juga upaya mitigasi sebelum terjadi kerugian.