JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan pihaknya sedang melakukan pengelolaan utang di perusahaan pelat merah guna mengetahui utang mana saja yang produktif dan mana yang korup. Hal ini dilakukan guna memastikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN kini lebih efektif dan tepat sasaran.
Erick mengatakan pemerintah tidak akan memberikan PMN secara sembarangan kepada BUMN yang tidak memberikan manfaat bagi masyarakat. Saat ini, ucap Erick, proses pengajuan pun PMN harus berdasarkan kesepakatan tiga menteri yakni Menteri BUMN, Menteri Keuangan, dan Menteri teknis lainnya.
Erick mengambil contoh pengajuan PMN untuk BUMN infrastruktur akan melibatkan Erick Thohir, Sri Mulyani, dan Basuki Hadimuljono dalam menyepakati kebutuhan PMN BUMN. Tujuannya agar penyuntikan ini disalahgunakan untuk kepentingan lainnya.
Karena besarnya utang BUMN, Erick mengaku tak segan-segan akan menyikat oknum di BUMN yang tidak memanfaatkan dana PMN sesuai kepentingan yang telah ditetapkan.
"Jadi kalau ada pihak-pihak, kok utang BUMN besar? Ya memang besar. Itu lah kenapa kita sekarang di bawah kementerian kita rapikan mana utang-utang produktif dan mana utang-utang yang koruptif. Yang koruptif kita sikat," katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima VOI dikutip Senin, 21 Maret.
PMN untuk transformasi
Erick mengatakan kontribusi BUMN terhadap negara melalui pajak hingga dividen mencapai Rp 377 triliun pada 2020. Sementara jumlah PMN yang diberikan negara untuk BUMN hanya sebesar 4 persen dari total kontribusi BUMN secara konsolidasi.
Lebih lanjut, Erick menyebut PMN yang didapatkan dialokasikan untuk melakukan akselerasi transformasi BUMN. Menurut dia, transformasi baik dari perubahan model bisnis hingga efisiensi terbukti mampu meningkatkan valuasi saham milik BUMN seperti Telkom, Mandiri, dan BRI yang jika ditotal mencapai Rp1.600 triliun.
BACA JUGA:
"Jadi bayangkan valuasi tiga BUMN saja sudah Rp1.600 triliun," ucapnya.
Di samping itu, mantan Presiden Inter Milan itu juga menegaskan komitmennya dalam mendorong lebih banyak BUMN untuk melantai di bursa efek sebagai bagian dalam transparansi dan profesionalisme perusahaan.
Kata Erick, bursa Indonesia kini tercatat sebagai salah satu bursa terbaik di Asia secara sisi pertumbuhan.
"Karena salah satunya aksi korporasi BRI yang menjadi aksi korporasi terbesar di Asia Tenggara, nomor dua di Asia, dan nomor tujuh di dunia. Oleh karena itu bursanya sangat positif, jadi dampak-dampak BUMN sehat itu juga kepada pasar pun positif," katanya.