Bagikan:

JAKARTA - Kelangkaan minyak goreng masih terjadi hingga saat ini. Kelangkaan minyak goreng di dalam negeri dinilai bukan disebabkan oleh kurangnya pasokan minyak sawit mentah (CPO) dalam negeri, tetapi karena pasokannya yang terbagi untuk sektor energi yakni biodiesel.

Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengakui pasokan kelapa sawit nasional memang lebih banyak diserap untuk biodiesel. Sebab, kebutuhan minyak goreng nasional hanya berkisar 5,6 juta ton.

Berdasarkan data GAPKI, total konsumsi CPO di dalam negeri pada Januari 2022 mencapai 1,506 juta ton. Jumlah tersebut didominasi oleh penggunaan untuk biodiesel sebesar 732 ribu ton. Sementara, untuk pangan hanya 591 ribu ton dan sisanya sebanyak 183 ribu ton untuk oleokimia.

Sementara, pada Desember 2021, total konsumsi CPO di Indonesia sebesar 1.666 juta ton. Dari total CPO tersebut, 781 juta ton untuk konsumsi biodiesel. Jumlah tersebut lebih tinggi dari konsumsi pangan yang mencapai 705 juta ton.

GAPKI juga mencatat bahwa konsumsi CPO untuk biodiesel yang melampaui untuk penggunaan pangan telah terjadi sejak November 2021.

"Oh iya itu jelas (lebih banyak untuk biodiesel) memang,  kebutuhan minyak goreng itu kan paling 5,6 juta ton saja. Itu kan tidak bisa, mau kita pasok 10 juta juga buat apa," katanya kepada VOI, Senin, 14 Maret.

Namun, Eddy menjelaskan kelangkaan minyak goreng saat ini bukan karena kurangnya pasokan yang terbagi dengan biodiesel tetapi karena kondisi yang abnormal.

"Jadi tidak ada masalah. Untuk kondisi pasokan itu tidak ada masalah, untuk biodiesel tidak ada masalah, untuk minyak goreng gak ada masalah. Ini kan karena kondisi abnormal aja," tuturnya.

Permasalahan minyak goreng karena pasokan terbagi untuk Biodiesel

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic Law and Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan pemerintah tidak perlu memberlakukan kebijakan DMO CPO sebesar 30 persen untuk mengatasi permasalahan minyak goreng saat ini. Sebab, kondisi saat ini bukan disebabkan karena kurangnya pasokan CPO di dalam negeri, tapi CPO yang ada terbagi antara kebutuhan biodiesel dan minyak goreng.

"Jadi masalah pasokan dalam negeri itu kan rebutan B30 dengan minyak goreng. Akar masalahnya disitu. Kebijakan DMO 30 persen tidak menyelesaikan masalah," ucapnya.

Karena itu, Bhima menyarankan CPO diprioritaskan dulu untuk minyak goreng katimbang untuk bahan bakar atau biodiesel.

"Jadi turunkan target dari B30. Jadi di antara dilema untuk energi dan pangan, pilih dulu untuk kebutuhan pangan. Ini yang paling urgent sekarang," jelasnya.