Bagikan:

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) meyakini sistem gerbang pembayaran nasional besutannya, BI Fast, bakal mampu menjawab tantangan dan kebutuhan transaksi digital di masyarakat yang semakin meningkat dan beragam.

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendarta, menyatakan bahwa sedari awal BI Fast memang didesain sebagai inovasi transaksi pembayaran cepat, mudah, murah dan aman bagi seluruh masyarakat.

"Kami sediakan BI Fast sebagai pembayaran ritel yang menjawab kebutuhan transaksi setiap saat tanpa batasan tempat, yang tentunya menjadi game changer untuk ekosistem pembayaran digital nasional. Saat bank sudah full, maka transaksi akan naik 811 juta transaksi. Tapi itu juga masih tetap di bawah kapasitas penuh, yaitu 50 persen dari kapasitas BI Fast," ujar Filianingsih, di Jakarta, sebagaimana dilansir Antara, Rabu, 9 Maret.

Menurutnya, masyarakat saat ini sudah mulai banyak yang beralih ke transaksi digital karena infrastruktur teknologi yang ada telah mampu menjawab kebutuhan layanan yang cepat, mudah, murah dan aman.

Saat ini pelaku industri jasa pembayaran juga mulai banyak menyediakan program dan aplikasi yang sangat membantu masyarakat. Di luar itu, data granural menjadi penting untuk menciptakan inovasi produk jasa pembayaran yang lebih berkesinambungan dan tepat guna bagi masyarakat.

"Dengan perkembangan tersebut, kami pun telah memiliki rencana yang sangat strategis bagi BI Fast ini. Kami akan secara bertahap mengembangkan transfer debit, request for payment, dan bahkan uang elektronik, dan bahkan cross border," tutur Filianingsih.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur IT & Operasi BNI, YB Hariantono menuturkan bahwa BI Fast merupakan terobosan yang sangat bermanfaat bagi nasabah, khususnya dari segi biaya transaksi yang mencapai Rp2.500 per transaksi.

Layanan digital ini diharapkan dapat meningkatkan volume transaksi yang nantinya akan menjadi sumber pendapatan bagi bank untuk terus meningkatkan pendapatan dalam hal pengembangan teknologi lebih berkelanjutan.

"Dapat kami sampaikan bahwa rata-rata investasi teknologi informasi bank-bank nasional itu di kisaran empat persen dari total revenue. Belanja modal teknologi inilah yang digunakan untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan digital banking di Indonesia," katanya.

Hariantono menuturkan perseroan telah menjadi kelompok bank yang pertama mengimplementasikan BI Fast pada akhir 2021. Perseroan ikut aktif dalam melakukan penyesuaian sistem agar implementasi BI Fast tidak mengurangi kualitas layanan transaksi ritel nasabah yang telah berlangsung.

"Ke depan kami akan bertahap semua transaksi ritel itu akan kami pindahkan ke BI Fast. Kami lakukan akselerasi dengan BI Fast ini," tegas Hariantono.