JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengaku terus mengamati perkembangan terbaru yang terjadi di Eropa Timur, khususnya terkait dengan ketegangan militer antara Rusia dan Ukraina. Menurut dia, kondisi yang terjadi saat ini bisa dipastikan membawa pengaruh negatif kepada perekonomian dunia, utamanya yang ditinjau dari sisi geopolitik.
Padahal, dua pihak yang dipercaya menjadi inti persoalan, yakni Rusia dan Amerika Serikat (AS) tengah mengalami peningkatan aktivitas ekonomi.
Berdasarkan data yang dibagikan oleh Menkeu terlihat bahwa kegiatan manufaktur di Eropa berada pada level 58,7 seiring dengan meredanya isu gangguan pasokan bahan baku (suplai). Sementara AS, meski mengalami perlambatan namun tetap berada dalam kategori ekspansi dengan level manufaktur 55,5.
Asal tahu saja, kedua indikator di kawasan itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan level global secara keseluruhan yang sebesar 53,2.
“Amerika dan Eropa masih terus menunjukan ekspansinya dari sisi manufaktur, meskipun risiko terutama dengan terjadinya eskalasi geopolitik dan masalah ketegangan militer yang ada di Ukraina akan mempengaruhi kondisi, khususnya di Eropa,” ujar dia melalui saluran daring awal pekan ini.
BACA JUGA:
Menkeu menambahkan, implikasi lain dari memburuknya situasi Eropa diyakini bakal berimbas pada semakin tingginya harga sejumlah komoditas unggulan dunia.
“Dari sisi harga-harga komoditas, kenaikan masih terjadi di bulan Januari. Batu bara bahkan mengalami kenaikan lagi. Begitu juga dengan gas dan minyak mentah. Ini adalah tiga komidasta energi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi geopolitik yang sekarang sedang terjadi,” katanya.
Sebagai informasi, dalam dua bulan pertama tahun ini saja (year-to-date/y-t-d) harga minyak mentah dunia sudah melesat 23,8 persen menuju 100 dolar AS perbarel. Begitu juga dengan batu bara dan yang telah naik masing-masing 37 persen 37 persen dan 24 persen y-t-d.