Bagikan:

JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja punya cara tersendiri dalam menjaga bank milik konglomerat Hartono Bersaudara ini bisa bertahan dan tumbuh di tengah multidisrupsi sepanjang pandemi COVID-19.

Salah satunya terkait flesibilitas dalam target. Menurut Jahja, agility atau ketangkasan pemimpin di era multidisrupsi sangat penting diimplementasi dalam aspek berani membagi otonomi atau kewenangan.

"Hal-hal ini mendasar sekali, tinggal membudayakanya dan ditopang digitalisasi," katanya saat menjadi pembicara pada webinar "Decoding Leadership Agility for Stronger Business in New Era, Great Lesson from Indonesia Best CEO 2021" dikutip Antara, Rabu, 16 Februari.

Jahja juga mengungkapkan, kolaborasi diutamakan di atas KPI per divisi, understanding atau pengertian, dan terbiasa dalam ketidakpastian.

"Dulu budget itu seperti Al Kitab atau kitab suci. Tapi berjalannya waktu target dan budget harus fleksibel karena keadaan berubah sangat cepat," ungkap Jahja.

Seperti diketahui, bank yang dipimpin Jahja meraih pertumbuhan laba sebesar 15,8 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp31,4 triliun pada 2021 lalu.

Kredit juga mengalami pertumbuhan hingga 8,2 persen yoy sejalan dengan membaiknya perekonomian nasional. Jahja mengungkapkan bahwa pada awal tahun 2021, pihaknya memprediksi laba bersih BBCA hanya naik 8 persen sepanjang tahun.

Saat itu Jahja tidak terlalu optimistis karena kondisi Indonesia masih diselimuti oleh pandemi COVID-19. Kemudian terkait kredit, ia hanya memprediksi tumbuh sekitar 6 persen.

"Tetapi, waktu itu kalau profit dikatakan 15,8 persen, kredit growth itu 8,2 persen, waduh, itu dia that's my dream," ujarnya dalam diskusi secara daring, dikutip Rabu 9 Februari.