Bagikan:

JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja, mengaku bahwa pencapaian perusahaan di 2021 di luar ekspektasi dirinya. Bank yang dikendalikan oleh konglomerat Hartono Bersaudara ini meraih pertumbuhan laba sebesar 15,8 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp31,4 triliun.

Kredit juga mengalami pertumbuhan hingga 8,2 persen yoy sejalan dengan membaiknya perekonomian nasional. Jahja mengungkapkan bahwa pada awal tahun 2021, pihaknya memprediksi laba bersih BBCA hanya naik 8 persen sepanjang tahun.

Saat itu Jahja tidak terlalu optimistis karena kondisi Indonesia masih diselimuti oleh pandemi COVID-19. Kemudian terkait kredit, ia hanya memprediksi tumbuh sekitar 6 persen.

"Tetapi, waktu itu kalau profit dikatakan 15,8 persen, kredit growth itu 8,2 persen, waduh, itu dia that's my dream," ujarnya dalam diskusi secara daring, dikutip Rabu 9 Februari.

Pencapaian tersebut menurut Jahja, sungguh di luar imajinasi. Total Dana Pihak Ketiga (DPK) bahkan naik 16,1 persen menjadi Rp975,9 triliun.

Hal ini kemudian mendorong total aset BBCA naik 14,2 persen yoy mencapai Rp1.228,3 triliun. Di sisi liabilitas, dana murah (current account saving account/CASA) BCA tumbuh 19,1 persen menjadi Rp767,0 triliun, berkontribusi hingga 78,6 persen dari total DPK.

Hal ini sejalan dengan deposito yang mengalami pertumbuhan 6,1 persen yoy menjadi Rp208,9 triliun.

"Itu merupakan sesuatu blessing in disguise juga. Kenapa? Di sinilah peran BCA sebagai bank digital. Ini sangat penting. Memang sekarang marak bank-bank digital, tetapi jika saya bandingkan bank konvensional itu cover kita, korporasi kita masuk, komersial masuk, SME masuk, kredit KKB masuk, kredit mortgage kita masuk semua," ujarnya.

Sebagai informasi, BCA membukukan penyaluran kredit baru di segmen korporasi tumbuh dua kali lipat dibandingkan level sebelum pandemi. Kredit korporasi tercatat tumbuh 12,3 persen secara tahunan mencapai Rp286,5 triliun pada Desember 2021.

Sementara itu, kredit pemilikan rumah atau KPR tumbuh 8,2 persen yoy menjadi Rp97,5 triliun. Tak hanya itu, kredit komersial dan UKM juga naik 4,8 persen yoy menjadi Rp195,8 triliun.

Adapun Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) terkoreksi 2,4 persen yoy menjadi Rp36 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit tumbuh 5,2 persen yoy menjadi Rp11,8 triliun. Dengan demikian, total portofolio kredit konsumer naik 5,1 persen secara tahunan menjadi Rp148,4 triliun.