JAKARTA - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan penjualan bersih Rp39,5 triliun di 2021, atau turun 8 persen year on year (yoy). Laba bersih UNVR juga merosot 19,7 persen yoy jadi Rp5,7 triliun.
Di 2020, produsen Lifebuoy dan Pepsodent ini perusahaan ini masih membukukan laba bersih sebesar Rp7,1 triliun. Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti mengatakan, performa perusahaan tahun lalu dipengaruhi gelombang kasus COVID-19 setelah libur tahun baru dan Idulfitri, serta munculnya varian delta.
"Kondisi tersebut mengakibatkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ketat," ujar Ira dalam keterangan tertulisnya, dikutip Jumat 11 Februari.
Ira menuturkan, kebijakan ini menghambat aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya mempengaruhi daya beli konsumen, terutama di segmen pasar di mana UNVR beroperasi. Selain itu, berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku produksi Unilever, seperti minyak mentah dan minyak sawit, juga naik tinggi.
"Lonjakan harga bahan baku, penurunan daya beli konsumen terhadap produk kami, serta waktu transisi untuk kembali ke daya beli sebelum pandemi, hanyalah sebagian dari berbagai tantangan yang muncul di 2021," kata Ira.
UNVR berupaya terus menggenjot berbagai produk dengan peluang besar, misal di kategori foods & refreshment yang menjadi penopang penjualan di tahun lalu.
BACA JUGA:
Segmen ini berpeluang tumbuh di tengah perubahan perilaku konsumen yang semakin menyadari pentingnya kesehatan. Beberapa produk UNVR, seperti Buavita 100 persen Daily Vitamins Requirements dan Paddle Pop Choco Magma dengan Vitamin D cukup laris tahun lalu.
Tahun ini, Unilever menyiapkan strategi demi mendorong kinerja keuangan dengan memperkuat brand-brand besar dan produk utama, serta memperluas dan memperkaya portofolio ke segmen premium.
"Kami optimistis di 2022, seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, semakin besar juga peluang bagi kami untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang konsisten, kompetitif, menguntungkan, dan bertanggung jawab," kata Ira.