Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan pembangkit listrik PT Tamaris Hidro telah menetapkan jumlah dana dan kupon untuk penerbitan obligasi senilai total Rp750 miliar. Perseroan mengaku, lebih memilih mencari pendanaan di pasar modal dari obligasi ketimbang IPO.

Adapun, Tamaris Hidro merupakan perusahaan pembangkit listrik di bawah kendali konglomerat Anthony Salim. Sejumlah perusahaan di bawah naungan grup ini sebelumnya telah melantai di bursa Indonesia seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

Penerbitan obligasi ini menimbulkan spekulasi bahwa Tamaris Hidro tengah bersiap menyusul emiten-emiten di bawah Salim Group.

Terkait hal tersebut, Direktur Tamaris Hidro Rachmat Saptaman mengatakan, emisi obligasi yang dilakukan perusahaan merupakan salah satu upaya refinancing utang yang saat ini tercatat sebesar Rp2,3 triliun. Menurutnya, rencana untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) merupakan salah satu keinginan perusahaan.

Meski demikian, ia mengatakan saat ini perusahaan masih memiliki sumber-sumber pendanaan yang cukup optimal dari perbankan maupun nonbank. Ia menuturkan, Tamaris Hydro masih memiliki kelonggaran plafon pinjaman perbankan sekitar Rp2,4 triliun dari total plafon keseluruhan Rp4,5 triliun.

"IPO menjadi salah satu keinginan kami, tetapi untuk mencari dana saat ini tidak harus serta merta melalui IPO. Kami melakukan emisi obligasi ini sebagai salah satu bentuk perkenalan kepada pelaku pasar, nantinya diharapkan semakin membuka alternatif pendanaan lain seperti emisi obligasi kedua, IPO, dan bahkan green bond,” ujarnya Kamis 27 Januari kemarin.

Adapun surat utang jenis obligasi konvensional Tamaris Hidro akan diterbitkan dengan jumlah pokok Rp750 miliar yang terdiri atas:

- Seri A akan ditawarkan dengan tenor 3 tahun, indikasi kupon 5,35 persen – 5,5 persen dan nominal Rp200 miliar

- Seri B akan ditawarkan dengan tenor 5 tahun, indikasi kupon 6,25 persen – 6,75 persen dan nominal Rp250 miliar

- Seri C akan ditawarkan dengan tenor 7 tahun, indikasi kupon 7 persen – 7,75 persen dan nominal Rp300 miliar