Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan pengolahan makanan dan pakan hewan, PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) atau CP Prima menargetkan penjualan mencapai minimal Rp8,5 triliun dengan EBITDA sekitar Rp1 trilliun dan laba bersih sekitar Rp500 miliar pada 2022. Direktur Utama CP Prima Hendri Laiman mengatakan target penjualan tahun ini bakal tumbuh di kisaran 5 - 10 persen.

"Target penjualan tersebut sebagian besar tetap berasal dari penjualan pakan, terutama dari peningkatan penjualan pakan hewan kesayangan dan pakan budidaya perikanan," katanya dalam keterangan resmi dikutip Senin 17 Januari.

Hendri menjelasakan, demi mendukung peningkatan penjualan perusahaan yang sahamnya dimiliki konglomerat Thailand Benjamin Jiavaranon ini menganggarkan belanja modal sebesar Rp320 miliar pada 2022. Sebagian besar alokasi belanja modal adalah untuk membangun fasilitas produksi baru seperti pabrik pakan hewan, pabrik makanan beku, fasilitas pembenuran udang dan beberapa proyek lainnya.

Sementara sisa anggaran akan digunakan untuk memelihara fasilitas produksi yang sudah ada. CPRO memilki dua proyek yang dalam tahap pembangunan, yaitu fasilitas pabrik pakan hewan yang juga bisa memproduksi pakan ikan, dan pabrik makanan olahan.

Lebih lanjut Hendri memperkirakan bahwa total investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik pakan hewan dan pabrik makanan olahan yang baru ini adalah sekitar Rp400 miliar. Pembangunan pabrik pakan hewan kesayangan dan makanan olahan adalah untuk mengambil potensi pasar yang sedang berkembang pesat.

"Selain itu, kami juga terus meningkatkan kapasitas produksi," imbuhnya.

Hal tersebut kata Hendri, sejalan dengan yang sudah dilakukan pada beberapa tahun sebelumnya. Perseroan terus meningkatkan kapasitas produksi pakan ikan apung.

Hendri menambahkan pembangunan pabrik ini menjadi landasan agar perseroan tidak melewatkan kesempatan dan peluang pasar di masa depan.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, CPRO mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,11 triliun. Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan catatan rugi bersih sebesar Rp68,59 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Terkait hal tersebut, Sekretaris Perusahaan CPRO Armand Ardika menyebutkan lonjakan laba bersih tersebut disebabkan oleh proses restrukturisasi obligasi pada pertengahan September 2021 lalu. Dari jumlah obligasi jatuh tempo sebesar 162,5 juta dolar AS, perusahaan dan pemegang obligasi telah menandatangani Senior Facilities Agreement (SFA) senilai 76,5 juta dolar AS.

"Dengan restrukturisasi obligasi tersebut, perusahaan memiliki ruang gerak yang lebih luas untuk bermanuver dan mengeksesekusi rencana-rencana bisnis," jelasnya pada pertengahan November 2021 lalu.