JAKARTA - Badan Geologi Kementerian ESDM dalam paparan kinerjanya pada hari ini memaparkan terdapat potensi kandungan logam tanah jarang (rare earth element) di lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam penelitiannya juga menemukan potensi materi lain selain logam tanah jarang dan tengah dikembangkan dengan Direktorat Jendral Mineral dan Batu bara (Minerba).
"Memang benar ada indikasi logam tanah jarang dan juga sebenarnya terdapat indikasi logam lainnya dan sedang kita dalami temuan ini," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 21 Januari.
Untuk itu, lanjutnya, pihaknya menggandeng Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (TekMIRA) dan tengah melakukan kajian di wilayah tersebut.
Eko menambahkan, pihaknya telah melakukan penelitian dan pencarian sejak awal tahun 2021 dan baru diselesaikan pada akhir tahun 2021 sehingga masih dilakukan penelitian lebih lanjut.
"Karena baru selesai pada akhir 2021 kemarin, hasilnya masih kita proses dan akan kita tidaklanjuti tentunya," imbuhnya.
Sekedar informasi, logam tanah jarang merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan dalam pengembangan kendaraan listrik. Bahkan, mineral tanah jarang juga bisa menjadi bahan baku pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
BACA JUGA:
Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, telah diidentifikasi sebanyak 28 lokasi yang memiliki potensi logam tanah jarang. Potensi tersebut tersebar di 16 lokasi di Sumatra, tujuh lokasi di Kalimantan, tiga lokasi di Sulawesi dan dua lokasi di Jawa.
Sementara itu, ada sembilan lokasi survei dan penyelidikan yang dilakukan Badan Geologi untuk mengungkap potensi mineral, yakni tersebar di Mandailing Natal, Sumatera Utara untuk logam emas dan mineral ikutannya. Selanjutnya, Sumbawa Barat, NTB untuk mineral logam mulia dan logam dasar.
Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, untuk logam tanah jarang. Pulau Gebe, Halmahera Tengah, Maluku Utara untuk nikel dan mineral pengikutnya. Pulau Halmahera, Maluku Utara untuk survei geokimia regional bersistem Lembar Morotai. Aceh Selatan, Aceh untuk batugamping. Aceh Besar, Aceh untuk fosfat. Sambas, Kalimantan Barat untuk kaolin. Terakhir, Mamuju, Sulawesi Barat untuk batu mulia.