Afrika Selatan Berikan Informasi Bagaimana Kehidupan Berlangsung setelah Omicron
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Beberapa pekan yang lalu, Afrika Selatan menjadi fokus kecemasan dunia setelah varian Omicron dianggap menjadi sumber meroketnya kasus COVID-19 akibat sifatnya yang sangat mudah menular.

Tetapi dengan varian baru yang sekarang tersebar luas di seluruh dunia, Afrika Selatan memberikan petunjuk tentang kehidupan setelah Omicron.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan gelombang keempat COVID-19 di negaranya telah mencapai puncak. Menurut dia, total kematian yang dikaitkan dengan Omicron sekitar 10.000, atau lebih rendah jika dibandingkan gelombang kedua Delta yang menelan korban 110.000 orang meninggal dunia.

“Meskipun tiga perempat penduduk Afrika Selatan masih belum menerima vaksin, didapati bahwa kekebalan setelah infeksi sebelumnya membuat Omicron adalah penyakit yang lebih ringan walaupun telah membuat rumah sakit tertekan,” kata dia seperti yang dilansir oleh media global Financial Times, dikutip Minggu, 9 Januari.

Disebutkan pada wilayah Gauteng yang menjadi pusat ekonomi Afrika Selatan, wabah Omicron telah melewati puncak. Demikian juga dengan tingkat kematian. Kabar baiknya adalah angka mortalitas jauh di bawah gelombang sebelumnya.

“Kecepatan luar biasa dari gelombang ini masih membuat saya terkejut,” kata François Venter, pakar HIV dan penyakit menular di Universitas Wits Johannesburg.

“Ini adalah satu gelombang di mana semua orang yang saya kenal telah terinfeksi,” sambung dia.

Dalam jurnal Financial Times diungkapkan Afrika Selatan memiliki tingkat kekebalan yang tinggi dibandingkan dengan negara lain. Satu studi baru-baru ini memperkirakan ada antibodi di sekitar tiga perempat sampel darah yang diambil di Gauteng saat Omicron menyerang.

Penerimaan pasien di rumah sakit pada gelombang Omicron sekitar dua pertiga dari puncak Delta. Selama gelombang Delta, hampir semua pasien positif di rumah sakit mengalami masalah pernapasan akut. Kali ini sekitar sepertiga.

Sedangkan kasus pada ibu yang ingin melahirkan seringkali sangat serius pada gelombang sebelumnya karena kemungkinan komplikasi. Bahkan, pada Desember 2021 di salah satu rumah sakit, dari 14 kelahiran hari itu, 13 pasien dinyatakan positif, dan semuanya tanpa gejala.

Adapun, waktu karantina pasien tinggal di rumah sakit sekitar tiga hari saat Omicron, dibandingkan dengan sekitar tujuh hari di gelombang lainnya. Ini juga menunjukkan nilai peringatan dini agar dokter bisa mempersiapkan diri.

“Tingkat kasus parah dan mematikan dengan Omicron jauh lebih rendah daripada selama gelombang Delta,” ungkap laporan Financial Times.

Sifat menular Omicron mungkin memiliki implikasi yang berbeda pada rumah sakit di negara-negara dengan populasi yang lebih tua dan tanpa tingkat infeksi masa lalu yang tinggi.

Afrika Selatan juga menunjukkan bahwa gelombang Omicron mungkin tidak memudar secepat saat muncul. Proporsi tes yang kembali positif sekarang jauh di bawah puncak 40 persen di beberapa daerah. Tetapi di Gauteng, tingkat tes positif baru saja turun di bawah 20 persen.