Bagikan:

JAKARTA - Chief Economist PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Anton Hendranata memperkirakan bahwa Bank Indonesia kemungkinan besar tidak akan terus mempertahankan suku bunga rendah 3,50 persen pada sepanjang 2022 mendatang.

“Ada potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), yakni BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR),” ujarnya dalam keterangan pers, Senin, 27 Desember.

Menurut Antaon, otoritas moneter diyakini bakal meningkatkan rate interest hingga 100 basis poin di tahun depan.

“BRI memperkirakan BI-7DRR akan menanjak menjadi 4,25 persen sampai dengan 4,50 persen atau lebih tinggi dibanding posisi saat ini sebesar 3,50 persen,” tuturnya.

Anton sendiri berharap terkereknya BI rate tidak akan terlalu berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi sehingga kinerja perseroan akan tetap optimal dalam 12 bulan ke depan.

“Dengan tetap mengendalikan pandemi COVID-19, BRI yakin penyaluran kredit dapat terjaga walaupun suku bunga bank sentral kemungkinan naik,” tegasnya.

Kuartal III 2022

Dalam pemberitaan VOI sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa perubahan rate interest baru akan terjadi pada paruh kedua.

“Paling cepat kenaikan suku bunga BI akan terjadi pada kuartal III 2022,” demikian ucapnya melalui saluran virtual pada Jumat, 24 Desember.

Perry menambahkan, indikator utama yang menjadi acuan bank sentral dalam memperbaharui tingkat suku bunga adalah pergerakan inflasi di dalam negeri.

“Kami akan terus memperhatikan perkembangan inflasi khususnya inflasi inti. Kalau inflasi intinya naik maka suku bunganya akan menyesuaikan,” kata dia.