Target Penurunan Stunting 14 Persen Disebut Wapres Ma'ruf Amin Ambisius: Kita Cuma Punya Waktu Kurang dari 3 Tahun
Wakil Presiden Ma’ruf Amin (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Presiden (Wakil Presiden) Ma'ruf Amin mengatakan bahwa saat ini prevalensi stunting di Indonesia masih tercatat sekitar 27 persen. Padahal, pemerintah menargetkan prevalensi stunting bisa berada di level 14 persen pada 2024 mendatang.

“Artinya, kita hanya punya waktu kurang dari tiga tahun. Ini merupakan target yang cukup ambisius dan tantangan besar yang harus kita hadapi bersama,” ujar dia melalui saluran virtual dalam seremoni kerja sama BKKBN dengan Tanoto Foundation yang bertajuk Forum Nasional Stunting 2021, Selasa, 14 Desember.

Menurut Wapres, pemerintah telah mempunyai peta jalan guna mewujudkan cita-cita pembangunan tersebut. Pertama, pemerintah mendorong komitmen bersama aktor yang terlibat dalam bidang ini untuk hadir dan mengerahkan upaya terbaik dalam percepatan penurunan stunting.

“Komitmen ini ditunjukan dengan menjadi fokus pembangunan di pusat dan daerah,” tuturnya.

Kedua adalah optimalisasi sumber daya. Serta yang ketiga adalah komitmen untuk menguatkan koordinasi, pemantauan, dan evaluasi dalam memastikan program berjalan dengan baik.

“Saya secara khusus meminta Kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) selaku ketua pelaksana penurunan stunting untuk menguatkan koordinasi pada tingkat pusat, daerah, hingga desa,” tegasnya.

Adapun, strategi ini disebut Wapres sangat penting untuk mengawal konvergensi program ataupun kegiatan dalam upaya target penurunan stunting yang telah ditetapkan.

“Kemudian, kementerian dan lembaga memastikan bahwa sumber daya untuk intervensi penurunan stunting tersedia dan menjangkau target-target sasaran, seperti remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita,” jelas dia.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan bahwa pihaknya telah membentuk Tim Pendamping Keluarga di tingkat desa sebagai ujung tombak dalam mengakselerasi percepatan penurunan stunting di Indonesia.

“Tim ini terdiri dari bidan, kader PKK, dan kader KB yang mempunyai tugas untuk mendeteksi risiko stunting melalui upaya penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan, hingga menjadi pendamping dalam bantuan sosial,” katanya.

Sementara Ketua Dewan Pembina Tanoto Foundation Belinda Tanoto mengungkapkan jika langkah memberantas stunting di Indonesia bisa semakin mudah diwujudkan melalui sinergi lintas sektoral, seperti menggandeng pihak swasta.

“Kita perlu lebih banyak kolaborasi dalam hal ini. Kami bahkan telah mendukung program penurunan prevalensi stunting sejak 2019 dengan bekerja sama Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan dalam hal peningkatan kapasitas, pendampingan teknis, dan mendukung implementasi program,” ucap dia.