Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan menilai perkembangan industri keuangan di Indonesia telah berada pada level yang menggembirakan.

“Tingkat inklusi keuangan digital di Indonesia sudah berada pada indikator yang sangat baik,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin, 13 Desember saat berbicara dalam forum penutupan The 3rd Indonesia Fintech Summit.

Menurut Luhut, keberhasilan tersebut tidak lantas dibarengi oleh pemahaman masyarakat atas potensi dan risiko dari produk keuangan yang tersedia di pasaran.

“Sayangnya, grafik tersebut belum ditunjang dengan tingkat literasi keuangan yang baik pula,” tuturnya.

Bahkan, Purnawirawan TNI itu membandingkan kondisi masyarakat dan industri keuangan di Indonesia dengan negara tetangga di Kawasan Asia Tenggara.

“Kita masih sangat jauh dibanding negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia,” tegasnya.

Untuk itu, dia mendorong kepada seluruh pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan untuk bersinergi agar industri keuangan nasional dapat terus memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat, terutama dalam perkembangan teknologi saat ini.

“Peningkatan literasi menjadi kunci agar tingkat inklusi yang sudah terjadi bisa berdampak lebih produktif dengan risiko minim. Inilah yang jadi pekerjaan kita bersama, antara pemerintah dan asosiasi,” ucap dia.

Sebagai informasi, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 Indeks Literasi Keuangan baru mencapai 30,03 persen dan Indeks Inklusi Keuangan 76,19 persen. Angka ini berbanding jauh dari Singapura di angka 98 persen, Malaysia 85 persen, dan Thailand 82 persen.

“Tingkat inklusi tinggi dengan literasi rendah menunjukkan potensi risiko yang begitu tinggi. Karena, meski masyarakat memiliki akses keuangan, sebenarnya mereka tidak memahami fungsi dan risikonya,” tutup Luhut.