JAKARTA - Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri Tbk. Sigit Prastowo mengatakan bahwa kinerja saham perseroan telah disalip oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA) selama beberapa tahun belakangan ini.
Menurut dia, tidak hanya saham Bank Mandiri tetapi dua saham bank pemerintah lain, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) juga ikut dilewati oleh BCA.
“Secara umum, kami mengakui saham Bank Mandiri dari 2016 sampai dengan 2020 tidak terlalu bagus. Kami hanya sedikit lebih tinggi dari BNI, tetapi jika dibandingkan dengan BCA dan BRI terlihat bahwa kami underperform,” ujarnya dalam sebuah diskusi virtual yang diadakan oleh Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Kamis, 4 November.
Dalam penjelasannya, Sigit menyebut jika pada rentang 2016 hingga 2018 kinerja saham BCA cenderung berada di bawah bank BUMN.
Sebagai contoh, pada 2016 BNI mendapatkan mandat dari pemerintah sebagai bank terdepan yang mengucurkan kredit maupun pembiayaan bagi sejumlah proyek infrastruktur. Terlebih, saat itu negara tengah gencar-gencarnya membangun sarana dan prasarana di dalam negeri untuk menyongsong cita-cita menjadi negara maju pada 2045 mendatang.
“Dari 2016 sampai dengan 2018 pertengahan, kondisi saham BNI secara relatif cukup baik. BNI paling tinggi di antara yang lain. Cerita di balik itu adalah saat Presiden Jokowi sedang mendorong untuk investasi di infrastruktur, dan BNI mendapatkan satu penugasan dan benefit yang paling banyak,” tuturnya.
Atas situasi tersebut, pelaku pasar saham kemudian menilai jika bank dengan kode saham BBNI tersebut memiliki proyeksi pengumpulan cuan yang baik.
“Oleh market BNI ini dianggap ada ekspektasi yang baik terkait dengan performa dan profitabilitasnya,” imbuh dia.
Adapun, Bank Mandiri yang juga menggarap sektor korporasi kurang bisa memanfaatkan momentum karena masih bergulat dengan perbaikan kinerja keuangan internal.
“Bank Mandiri juga punya peran yang kurang lebih sama dengan BNI, namun kami harus akui bahwa di rentang waktu ini masih harus menyelesaikan persoalan-persoalan NPL (non-performing loan/rasio kredit bermasalah) karena ada beberapa segmen di komersil yang mengalami kenaikan (NPL). Oleh karena itu, Bank Mandiri tidak bisa menikmati apa yang dialami oleh BNI saat adanya pertumbuhan investasi di infrastruktur,” jelas dia.
Situasi lalu berubah memasuki paruh kedua 2018. BCA sebagai bank swasta terbesar di Tanah Air berbalik menyalip ketiga bank pemerintah. Dikatakan oleh Sigit jika gelontoran kredit yang dikucurkan oleh bank pemerintah ke proyek infrastruktur membawa dampak pada ketatnya likuiditas.
BACA JUGA:
Hal itu ditunjukan dengan rasio LDR (loan to deposit ratio) yang melebihi ambang batas ketetapan Bank Indonesia (BI) sebesar 92 persen. Untuk diketahui rasio LDR adalah instrumen pembanding antara total dana yang berhasil dihimpun bank (tabungan, deposito, giro) dengan jumlah kredit yang disalurkan.
“LDR perbankan naik semua di angka sekitar 95 persen. Bank seperti Mandiri dan BNI LDR-nya antara 95 persen sampai 98 persen. Ketika itu banyak bank yang sudah kesulitan likuiditas untuk tumbuh karena keterbatasan funding (kemampuan mengumpulkan dana). Sementara BCA tidak demikian, dia punya likuiditas yang sangat baik. LDR-nya ada di kisaran 80 persen, sehingga dihargai oleh market lebih tinggi. Di sini BCA langsung meninggalkan bank-bank Himbara (Himpunan Bank Negara), dia lompat jauh lebih tinggi,” ucap Sigit.
Sejak pertengahan 2018 hingga saat ini, performa bank swasta milik konglomerat Hartono Bersaudara tersebut masih mengungguli tiga bank pelat merah.
“Kalau di rentang waktu 2020 sampai sekarang, saya rasa kita semua sudah tahu terjadi pandemi COVID-19, semuanya jatuh. Tetapi pola perkembangannya masih mengikuti pattern di tahun-tahun sebelumnya,” tegas dia.
Sebagai informasi, per 2 November 2021 kapitalisasi market (market cap) BCA tercatat sebesar Rp899,9 triliun dengan harga saham sekitar Rp7.300 perlembar.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan BRI yang memiliki market cap Rp636 triliun dan harga saham Rp4.210. Begitu pun Bank Mandiri dengan market cap Rp327,8 triliun serta harga saham Rp7.025 triliun.