JAKARTA - Pandemi COVID-19 mengubah banyak aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Salah satunya adalah tingginya ketergantungan penggunaan internet.
Saat ini pertumbuhan trafik bandwidth di Indonesia meningkat secara pesat, hampir seluruh aspek kehidupan menggunakan internet. Tidak heran jika kebutuhan jaringan internet yang lebih cepat dan lebar semakin tinggi.
Data Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menyebut bahwa trafik layanan internet mencapai hingga 39,7 petabyte pada Mei 2021. Angka itu meningkat 49 persen dibandingkan trafik pada tahun lalu.
Melonjaknya kebutuhan internet menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia layanan internet (ISP). Kebutuhan akan rute alternatif menjadi sangat penting, khususnya untuk gerbang internasional.
Untuk meningkatkan konektivitas antara wilayah di Indonesia agar semakin kuat, Hawaiki Submarine Cable Limited Partnership (Hawaiki), sebuah perusahaan yang berpengalaman dalam mengelola kabel bawah laut yang berkedudukan di New Zealand melakukan kerja sama proyek Pengembangan infrastruktur sistem komunikasi kabel laut lintas pasifik dengan PT Mora Telematika Indonesia (proyek ini selanjutnya disebut Hawaiki Nui).
"Keberadaan kabel Hawaiki Nui akan secara signifikan memperluas jejaring bawah laut yang telah ada. Hawaiki secara tidak langsung menawarkan konektivitas yang tidak tertandingi di kawasan Asia Pasifik. Kabel dari Hawaiki Nui didesain untuk memberikan konektivitas secara cepat dan langsung," jelas Remi Galasso, Founder and Executive Chairman of Hawaiki dalam webinar Rabu 3 November.
"Indonesia telah menjadi pasar strategis di Asia Tenggara dan kami bangga bermitra dengan Moratelindo yang telah menunjukkan kemampuannya yang unik untuk menerapkan dan mengoperasikan jaringan serat bawah laut dan terestrial di Indonesia selama beberapa tahun terakhir," imbuh Remi Galasso.
Kerja sama ini berencana membangun jaringan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang akan menghubungkan jalur Amerika Serikat, Indonesia, Singapura hingga Australia. Proyek ini akan menggelar jaringan fiber optik dari wilayah Asia Tenggara hingga Amerika Serikat. Merujuk pada cooperation agreement, pekerjaan konstruksi rencananya akan dimulai pada 2022 dengan kabel siap pakai (RFS) yang diharapkan terpasang pada tahun 2025.
"Dengan adanya rencana pembangunan Sistem Komunikasi Bawah Laut Lintas Pasifik ini, Indonesia akan mendapatkan akses koneksi internasional yang lebih optimal daripada sebelumnya," papar Ismail selaku Plt. Direktur Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Kabel dari Hawaiki saat ini telah menghubungkan Australia, New Zealand, Amerika Samoa, Hawaii, dan kawasan barat Amerika Serikat. Kerjasama dengan Moratelindo akan menjadi kerja sama strategis, mengingat Moratelindo menjadi mitra lokal yang akan membantu mengurus perijinan kepada pemerintah Indonesia terkait dengan proyek Hawaiki Nui. Moratelindo turut memegang peranan penting dalam membangun sistem tepat guna untuk meletakkan dan menata jalur kabel bawah laut.
"Kerja sama ini adalah langkah strategis. Dengan dibangunnya Sistem Komunikasi Bawah Laut dengan jalur tersebut dapat mengurangi ketergantungan koneksi yang melalui Singapura,” jelas Galumbang Menak, Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia.
Kerja sama dalam pembuatan jaringan Sistem Komunikasi Kabel Laut untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah ini tidak hanya menguntungkan interaksi bisnis lintas negara tetapi juga memberikan keuntungan besar pada konektivitas wilayah kepulauan seperti Indonesia.
Jalur ini akan menjadi alternatif yang akan memberikan latency rendah untuk koneksi Internasional di Indonesia," ungkap Michael McPhail, Chief Technology Officer PT Mora Telematika Indonesia.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, PT Mora Telematika Indonesia (Perseroan) didirikan pada tanggal 8 Agustus 2000. Bidang usaha utama dari perusahaan adalah jasa internet, pusat data, dan penyewaan backbone dari interkoneksi domestik dan internasional serta jaringan lastmile. Perusahaan mendapatkan izin usaha dari pemerintah Indonesia dalam bidang telekomunikasi seperti closed fixed network, NAP (Network Access Point), ISP (Internet Service Provider), dan local fixed network.
Pada tahun 2012, perusahaan membangun dan mengoperasikan pusat data nasional dengan nama Nusantara Data Center (NDC). Pada tahun 2018, perusahaan membangun konstruksi kabel di Indonesia yang membentang dari Denpasar-Jawa-Sumatera hingga Singapura. Selain beroperasi dalam bidang telekomunikasi, perusahaan membuat inovasi di tahun 2016 dengan merambah pasar ritel (FTTX) melalui brand "oxygen.id".
Berdasarkan performa dari perusahaan, pemerintah Indonesia mempercayakan perusahaan untuk melaksanakan proyek infrastruktur strategis nasional dengan menunjuk perusahaan sebagai pemenang tender Proyek Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Timur pada tahun 2016. Proyek Palapa Ring Paket Barat telah beroperasi sejak Maret 2018, sedangkan proyek Palapa Ring Paket Timur telah beroperasi sejak Agustus 2019.
Setelah berhasil melaksanakan proyek Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Timur, perusahaan melalui KSO BPS-MORATELINDO, sebuah kerja sama yang dibangun antara perusahaan dengan PT Bhumi Pandanaran Sejahtera (Perseroda) atau BPS telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari pemerintah kota Semarang untuk bekerja sama dalam proyek untuk membangun, mengoperasikan, dan melakukan supervise telekomunikasi pasif (passive telecommunications) di kota Semarang.
Per tahun 2020, perusahaan telah melaksanakan pembangunan jaringan kabel serat optik dengan total panjang 48.515 kilometer dan total kapasitas 18.360 G.