Bagikan:

JAKARTA - Ruang Rapat Komisi C DPRD DKI tadi malam memanas. Terjadi cekcok mulut di tengah pembahasan pengajuan rancangan APBD 2020 soal penyertaan modal daerah (PMD) dengan BUMD PDAM. 

Rapat yang telah berjalan sejak pagi, dengan jeda-jeda istirahat yang tak lama, membuat kedua anggota Komisi C tak kuasa menahan emosi. Mereka adalah Anggota DPRD dari Fraksi PDI Perjuangan Cinta Mega dengan Fraksi dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Anthony Winza.

Awalnya, Cinta sedang mendalami pengajuan anggaran dengan jajaran PDAM lewat sejumlah pertanyaan.  Tetiba, ia teringat sebuah momen, di mana Anthony mencecar pengajuan anggaran seperangkat komputer dalam pembahasan sesi siang bersama Badan Pajak dan Retribusi Daerah (BPRD). 

Langsung, Cinta meminta Anthony tidak menyebar pembahasan rapat kepada awak media, seperti yang pernah dilakukan Anggota Fraksi PSI, William Aditya Sarana soal anggaran "lem aibon". Pembicaraan soal pengajuan anggaran PDAM terhenti. 

Permintaan Cinta pun langsung ditanggapi Anthony yang merasa dituduh secara sepihak oleh Cinta di tengah rapat yang masih berlangsung. 

“Ini tuduhan apa lagi,” kata Anthony menanggapi tudingan Cinta di ruang rapat Komisi C DPRD, Jakarta, Kamis, 5 Desember. 

Keduanya masih terus adu mulut, disertai gerakan saling menunjuk satu sama lain. Menyadari cekcok belum berhenti juga, aggota Komisi C lainnya langsung melerai perselisihan antara Cinta dan Anthony. 

Tak berapa lama, Ketua komisi C, Habib Muhamad bin Salim Alatas memutuskan untuk menskors rapat tersebut. Tak hanya itu dia juga langsung meminta Anthony untuk masuk ke dalam ruang dewan.  "Anthony, saya pimpinan rapat, masuk ke dalam dulu," kata Habib.

Anthony, dengan raut muka yang tampak masih emosi atas tudingan Cinta itu pun langsung memasuki ruang dewan. Tak berapa lama, seluruh wartawan yang meliput rapat diminta meninggalkan lokasi oleh petugas Pamdal yang masih berjaga di sekitar Gedung DPRD. 

Di luar ruang rapat, Anggota Komisi C Andyka tak mau membesar-besarkan percekcokan tersebut. Menurut, dia hal itu merupakan dinamika yang lazim terjadi saat pembahasan anggaran. 

Menurutnya anggota Komisi C kecewa dengan sikap Anthony yang dituding telah menyebarkan hasil pembahasan soal anggaran pengadaan seperangkat komputer ke awak media. 

Sebenarnya, saat mencecar anggaran seperangkat komputer, Anthony mempertanyakan langsung ke Kepala BPRD saat rapat pembahasan siang tadi. 

Rapat tersebut sendiri memang terbuka, dan awak media diberi kebebasan untuk meliput kegiatan tersebut. Hingga berita ini ditulis, baik Anthony maupun Cinta belum bisa memberikan keterangan apapun.

Sebagai informasi, dalam Komisi C bersama BPRD, Anthony mempertanyakan mahalnya seperangkat komputer yang dibutuhkan BPRD. Pasalnya, total nominal pengadaan komputer itu sebesar Rp128,99 miliar. 

Rinciannya, terdapat satu unit komputer Mainframe Z14 ZR1 seharga Rp66,6 miliar, dua unit storage area network (SAN) switch seharga Rp3,49 miliar, enam unit server seharga Rp 307,9 juta, dan sembilan unit storage untuk mainframe seharga Rp 58,5 miliar.  

"Saya melihat di BPRD itu ada anggaran yang lumayan fantastis, itu untuk pembelian komputer kapabilitas data analitik, satu unit itu Rp 60 miliar, plus ada tambahan lagi sembilan unit apa saya lihat, itu sekitar Rp 60 miliar juga. Jadi total Rp 120 miliar," ungkap Anthony. 

Anggota fraksi PSI itu juga mempertanyakan hasil yang akan didapatkan pemerintah setelah menggunakan alat tersebut.

"Kalau sudah beli alat ini, maka bisa jadi nambah berapa PAD (pendapatan asli daerah). Jangan sampai beli alat, tapi enggak tahu buat apa, spesifikasinya enggak tahu apa, output-nya pun bisa jadi berapa," tuturnya.